2 Upaya Pengawetan Kayu

2 Upaya Pengawetan Kayu

Postingan ini diperbarui 08 November 2021

Penggunaan kayu dalam jangka lama merupakan baik dan banyak diiginkan oleh konsumen, karena tidak harus banyak mengeluarkan biaya untuk perbaikan atau penggantian, sehingga dapat memperlambat penggunaan potensi sumber kayu dari hutan.

Dimana salah satu memperlama waktu pemakaian kayu adalah pengawetan. Pengawetan kayu merupakan proses memperlakukan kayu dengan bahan-bahan kimia atau pengawet, sehingga kayu tersebut terhindar dari serangan jamur, cendawan, serangga dan lain-lain perusak kayu. Pengawetan ini bertujuan untuk meningkatkan sifat keawetan alami, umur pakai, dan nilai atau harga kayu.

Setiap jenis kayu memiliki sifat keawetan alami masing-masing. Sifat keawetan alami ini berasal dari adanya zat eksraktif non karbohidrat seperti resin, minyak-minyak, asam-asam, dan garam-garam yang lain bersifat racun.

Sifat keawetan alami pada setiap jenis kayu berbeda-beda dan biasanya sejalan dengan kekuatan, kekerasan, berat jenis, dan warna kayunya. Kayu kuat, keras, berat jenisnya tinggi dan warna kayunya lebih tua (gelap) secara umum mempunyai keawetan alami yang lebih baik, sehingga umur pakainya juga lebih lama (Kasmudjo, 2010).

Untuk meningkatkan keawetan alami kayu itu sendiri diperlukan 2 upaya pengawetan kayu, yaitu (Kasmudjo, 2010).

Baca juga: 3 Prosedur dan 12 Syarat Bahan Pengawet Kayu Bersifat Ekonomis


1. Cara Pengawetan Tanpa Tekanan

Cara Pengawetan Tanpa Tekanan
Sumber: https://bahanpengawet.com/

Upaya pengawetan kayu ini merupakan suatu cara pengawetan kayu tanpa menggunakan tekanan, sehingga hasi pengawetannya tidak bisa optimal atau maksimal. Pengawetan dengan cara ini misalnya dengan pelaburan (pengkuasan), pencelupan, perendaman (panas, dingin dan kombinasi panas dingin), perebusan, penyemprotan dan difusi (Kasmudjo, 2010).


a. Pengawetan rendaman (dingin)

  1. Kayu diawetkan berupa kayu persegi atau produk jadi kondisi setengah kering (kadar air ± 20%).
  2. Direndam selama 3-7 hari.
  3. Konsentrasi bahan pengawet ± 5%.


b. Pengawetan rendaman panas dingin

  1. Kayu yang diawetkan berupa kayu persegi atau produk jadi setengah kering (kadar air ± 20%)
  2. Direndam selama 1-7 hari jam (panas), diteruskan 17-23 jam (dingin).
  3. Konsentrasi bahan pengawet ± 5%.


c. Pengawetan secara difusi

  1. Kayu diawetkan berupa kayu persegi basah atau kayu bulat (basah).
  2. Menggunakan rendaman dingin atau panas dingin.
  3. Pasca pengawetan disimpan selama 8 minggu.
  4. Konsentrasi bahan pengawet 3-5%.


2. Cara Pengawetan dengan Tekanan

Cara Pengawetan dengan Tekanan
Sumber: https://bahanpengawet.com/

Upaya ini merupakan cara pengawetan kayu dalam tangki tertutup (silinder) dengan tekanan yang bertujuan untuk hasil pengawetan lebih optimal. Proses pengawetan kayu dengan tekanan akan menghasilkan peresapan bahan pengawet yang lebih dalam dan banyak.

Kayu yang diawetkan dapat berupa kayu persegi atau kayu bulat (tanpa kulit) yang nantinya akan digunakan di luar ruangan atau berhubungan dengan tanah dan air, misalnya tiang pancang. Adapun macam-macam upaya pengawetan ini, sebagai berikut (Kasmudjo, 2010):


a. Proses Sel Penuh

Jenis ini terdiri dari dua proses yaitu,

  1. Proses Bethel, yaitu proses pengawetan yang menggunakan bahan pengawetan kreosot dengan kayu yang dimasukkan ke dalam tangki silinder kemudian dilakukan permvakuman 15-60 menit dengan bahan pengawet dipanaskan 85-100 derajat celsius.
  2. Proses Burnet, yaitu proses pengawetan yang menggunakan bahan pengawet larut dalam air berupa seng khlorida, yang secara umum urutan prosesnya sama dengan proses bethel, hanya seng khlorida panas suhunya 55-65 derajat celsius dan konsentrasinya 2-4%.


b. Proses Sel Kosong

Jenis upaya ini terdiri dari dua proses, yaitu:

  1. Proses Rueping, yaitu proses pengawetan yang diawali dengan pemberian tekanan udara pada tangki silinder pada awal proses. Kayu yang diawetkan dapat berupa kayu yang telah kering, masih basah atau telah dilakukan pengkukusan.
  2. Proses Lowry, yaitu proses pengawetan yang prinsipnya sama dengan proses Rueping, yang membedakannya tidak diawali dengan pemberian tekanan udara ke dalam tangki pengawet. Jadi setelah kayu dan bahan pengawet panas dimasukkan baru diberikan tekanan sampai 200 psi. Proses ini mempunyai keuntungan yaitu terletak pada peralatan pengawetan yang lebih sedikit (sederhana).


c. Proses Tekanan Ringan (Boucherie Process)

Proses pengawetan ini tidak diakukan dalam tangki tertutup tetapi ditempat terbuka. Biasanya proses Bouherie digunakan untuk mengawetkan kayu bulat (dengan kulit). Dimana tekanan ringan proses pengawetan terjadi karena selisih tinggi antara naik penyimpanan bahan pengawet dan kayu yang akan diawetkan.

Bahan pengawet yang digunakan dari kelompok larut dalam air, misalnya terusi, garam wolman. Konsentrasi bahan pengawet yang digunakan 1-2%. Dimana untuk kayu yang digunakan dengan berat jenis >0,60 disiapkan dengan kadar air 30% dan untuk yang berat jenisnya ± 0,60 disiapkan kadar air 35%. Proses pengawetan dilakukan dengan vakum tekan.

Baca juga: Makalah Pengeringan dan Pengawetan Kayu


Sumber:

Kasmudjo. 2010. Teknologi Hasil Hutan. Cakrawala Media. Yogyakarta.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel