Jahe Merah | Morfologi, Kandungan Kimia, dan Efek Farmakologis

Jahe Merah | Morfologi, Kandungan Kimia, dan Efek Farmakologis

Jahe merah atau Zingiber offcinale Var. Rubrum merupakan suatu bumbu dapur yang sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Sebagai bumbu dapur, rimpang jahe digunakan untuk mengolah masakan dan penganan. Pemanfaatan jahe sebagai tanaman obat semakin berkembang dengan pesat seiring dengan mulai berkembangnya penggunaan bahan-bahan alami untuk pengobatan (Wong, 2018).

Klasifikasi jahe merah adalah

Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Monocotyledonae
Ordo: Zomgoberales
Famili: Zingiberaceae
Genus: Zingiber
Spesies: Zinfiber officinale Var. Rubrum.


Berikut Morfologi, Kandungan Kimia, dan Efek Farmakologis Jahe Merah adalah.

Baca juga: 3 Jenis Tanaman Jahe


Morfologi Jahe Merah

Morfologi Jahe Merah
Sumber: https://kesehatan.kontan.co.id/

Jahe merah mempunyai batang berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi tanaman mencapai 34,18-62,28 cm. Daun tersusun berselang-seling secara teratur dan mempunyai warna yang lebih hijau gelap dibandingkan dengan kedua jenis lainnya seperti jahe gajah dan jahe empirit.

Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dibandingkan dengan bagian bawahnya. Luas daun 32,55-51,18 cm kuadrat dengan panjang 24,30-24,79 cm, lebar 2,79-31,18 cm, dan lebar tajuk 36,93-52,87 cm.

Rimpang jahe berwarna merah hingga jingga muda. Ukuran rimpang pada jahe merah lebih dibandingkan dengan kedua kenis jahe di atas, yaitu panjang rimpang 12,33-12,60 cm, tinggi mencapai 5,86-7,03 cm, berat rata-rata 0,29-1,17 kg.

Akar berserat agak kasar dengan panjang 17,03-24,06 cm dan diameter akar mencapai 5,36-5,46 mm. Jahe merah mempunyai aroma yang tajam dengan rasa yang sangat pedas (Wong, 2018).


Kandungan Kimia Jahe Merah

Kandungan Kimia Jahe Merah
Sumber: https://www.dekoruma.com/

Jahe merah mempunyai komponen yang dapat menguap dan boleh diekstrak dengan cara distilasi dan komponen yang menguap memiliki efek pedas. Komponen menguap dari jahe yaitu minyak jahe yang didapatkan dengan distilasi bahan jahe kering.

Rimpang jahe merah mengandung minyak atsiri dan oleoresin, yang banyak dimanfaatkan dalam industri dan secara langsung digunakan pula di rumah tangga. Sebagai obat tradisional, jahe secara turun temurun telah banyak dipakai untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya inflamasi dan pembengkakan.

Rimpang jahe merah juga mengandung senyawa antimikroba golongan fenol, flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan oleoresin yang terdapat pada ekstrak jahe adalah golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Wong, 2018).


Efek Farmakologis Jahe Merah

Efek Farmakologis Jahe Merah
Sumber: https://www.sehatq.com/

Efek jahe merah ini dapat memperkuat khasiat bahan lain yang dicampurkan dalam proses pembuatan obat. Sebagai obat tradisional, jahe secara turun temurun telah banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, misalnya kurang nafsu makan, kepala pusing, encok atau rematik, batuk kering, masuk angina, terkilir, dan lain sebagainya.


1. Efek Antimikroba

Minyak atsiri jahe dan oleoresin menunjukan aktivitas antioksidan dan antimikroba yang signifikan. 6-dehydroshogaol, 6-shogaol, dan 1-dehydro-6gingerdione memperlihatkan daya hambat yang baik terhadap sintesis nitrogen oksida pada makrofag yang diaktivasi. Produksi metabolit nitrogen oksida yang berlebihan berkontribusi terhadap berbagai proses patalogis, termasuk inflammation.

Kandungan minyak atsiri pada jahe merah mempunyai efek antimikroba yang baik. Mekanisme penghambatan dan perusakan mikroba oleh minyak atsiri baik tunggal maupun kombinasi sangat bervariasi dan tergantung pada kandungan senyawa aktif dan konsentrasinya.

Senyawa antimikroba dari tanaman umumnya dapat merusak sel mikroba melalui berbagai mekanisme, yaitu merusak membran plasma bakteri, merusak sistem kerja sel dan menyebabkan lisis pada sel bakteri. Struktur protein terganggu sehingga menyebabkan terdenaturasi.

Fenol, tanin, dan flavonoid berperan sebagai antimikroba. Gingerol adala senyawa turunan fenol dan fenol dapat menyebabkan koagulasi protein sehingga membran sel mengalami lisis. Tanin sebagai antimikroba dapat membentuk kompleks dengan enzim mikroba ataupun substrat dan melewati dinding sel mikroba untuk menganggu pembentukan sel mikroba. Dan flavonoid disintesis sebagai respon terhadap infeksi mikrobia. Flavonoid dapat membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan dinding sel bakteri (Wong, 2018). 


2. Efek Antijamur

Rimpang jahe merah mengandung minyak atsiri sebanyak 2,58-2,72% yang terdiri dari bisabolena, sineol, phellandrena, sitral, borneol, sitronellol, geranial, linaool, limonene, zingiberol, zingiberena, dan kamfena. Rimpang jahe merah juga mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, shogaol, dan fenol.

Komponen utama jahe merah yaitu senyawa homolog fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas dibandingkan gingerol dan shogaol merupakan komponen jahe kering.

Senyawa monoterpene dalam minyak atsiri jahe merah menganggu fungsi membran sel jamur. Selain itu, jahe merah mengandung gugus fenol. Fenol adalah suatu asam karbol yang dapat melisiskan dinding sel jamur. Senyawa turunan fenol berinteraksi dengan sel jamur melalui proses absorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen.

Pada kadar rendah, fenol dan protein akan berikatan membentuk kompleks protein-fenol. Kompleks protein-fenol tersebut mempunyai ikatan yang lemah dan segera mengalami penguraian. Kemudian hal ini diikuti dengan penetrasi fenol ke dalam sel jamur hingga menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein (Wong, 2018).

Baca juga: 5 Tanaman Penghasil Minyak Atsiri


Sumber:

Wong, P. J. 2018. Efektivitas Pelarut Etanol 96% dan Aquadest Pada Ekstrak Jahe Merah Terhadap Jamur Candida albicans (In Vitro).


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel