3 Ekstraksi Oleoresin

3 Ekstraksi Oleoresin

Postingan ini diperbarui 26 November 2021

Ekstraksi adalah pemisahan zat berkhasiat yang terkandung dalam jaringan tumbuhan atau hewan dari komponen inaktif atau inert menggunakan pelarut selektif. Dapat diperoleh dari tumbuhan berupa cairan, semi padat atau serbuk yang relatif tidak murni dan digunakan hanya untuk penggunaan eksternal.

Adapun tujuan ekstraksi untuk mencapai kadar yang dibutuhkan secara terapeutik dan untuk mengurangi material inert dengan menggunakan pelarut selektif. Standarisasi prosedur ekstraksi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas obat herbal yang dibuat.

Ekstrak yang telah siap digunakan sebagai agen pengobatan dalam bentuk tinktura atau ekstrak cair, selanjutnya diproses untuk dibuat dalam berbagai sediaan seperti tablet atau kapsul atau ekstrak tersebut difraksinasi untuk diisolasi senyawa kimia tunggal yang terkandung di dalamnya (Chandra, 2012).

Berikut 3 ekstraksi oleoresin adalah.

oleoresin

1. Penyulingan

Penyulingan merupakan suatu metode ekstraksi oleoresin untuk memisahkan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis campuran atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Metode penyulingan yang pada umumnya dilakukan yaitu penyulingan dengan air (water distillation), dimana pada metode ini bahan tumbuhan dimasukkan dalam wadah yang berisi air, selanjutnya direbus sampai uap air dan minyaknya mengalir dan didinginkan melalui pipa dalam kondensor. Air dan minyak yang keluar dari kondensor ditampung dalam labu bersih (Yuliani, 2012).


2. Maserasi

Maserasi merupakan suatu metode ekstraksi oleoresin yang dilakukan melalui perendaman serbuk bahan larutan pengekstrak yang digunakan untuk mengekstrak zar aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak mengembang dalam pengekstrak, dan tidak mengandung benzoin (Hargono, 1986). Metode maserasi terdiri dari digesti, pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi melingkar bertingkat (Hargono, 1986).

Digesti merupakan maserasi menggunakan pemanasan lemah (40-50 derajat celsius). Maserasi pengadukan kontinyu merupkan maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan shaker, sehingga dapat mengurangi waktu hingga 6-14 jam. Remaserasi merupakan maserasi yang dilakukan beberapa kali. Maserasi melingkar merupakan maserasi yang cairan pengekstrak selalu bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat merupakan maserasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan yang sempurna.


3. Ekstraksi Pelarut

Ekstraksi pelarut merupakan suatu proses ekstraksi oleoresin yang menghasilkan concrete dan absolute yang bersifat larut dalam etanol dan bau minyak (Ketaren, 1985). Adapun keuntungan ekstraksi pelarut secara kuantitas adalah hanya dapat diguanakan untuk produk yang bebas dari lemak. Sedangkan menurut Hudson (1985) menyatakan bahwa eksttraksi pelarut adalah bagian dasar dalam koefisien distribusi dalam mendapatkan komponen flavor suatu produk, pemilihan ekstraktan dan produk yang diekstrak merupakan hal penting.

Pelarut dapat dibagi menjadi 2 grup yaitu grup polar dan grup non polar. Perbedaan dari kedua grup tersebut adalah potensial elektrik, dimana grup non polar tidak mempunyai potensial elektrik pada molekulnya (Mellan, 1950). Misalnya pelarut Petroleum Eter digunakan dalam industri, pelarut ini memiliki kisaran titik didih antara 30-70 derajat celsius. Pelarut ini paling baik untuk digunakan sebagai pelarut karena mempunyai sifat stabil dan juga bersifat mudah menguap (Guenther, 1987).


Penutup

Ekstraksi adalah pemisahan zat berkhasiat yang terkandung dalam jaringan tumbuhan atau hewan dari komponen inaktif atau inert menggunakan pelarut selektif. Dapat diperoleh dari tumbuhan berupa cairan, semi padat atau serbuk yang relatif tidak murni dan digunakan hanya untuk penggunaan eksternal.

Baca juga: Mengenal Oleoresin, Campuran Minyak Atsiri dan Resin


Sumber:

Chandra, R. A. 2012. Isolasi Uji Aktivitas Antioksi dan Senyawa Alkaloid dari Ekstrak Daun Phoebe decliana Ness. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,UI. Depok.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Universitas Indonesia. Jakarta.

Hargono. D. 1986. Sediaan Galenik. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Hudson, M. 1985. Flavor Chemistry and Techonology. AVI Book Pub. New York.

Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Mellan, I. 1950. Industrial Solvent. Reinhold Publ. Co., New York.

Yuliani, S. dan Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Asiri. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel