Laporan Praktikum Ergonomi Kehutanan: Menentukan Besaran Waktu Kerja Pada Kegiatan Inventarisasi Pohon

Laporan Praktikum Ergonomi Kehutanan: Menentukan Besaran Waktu Kerja Pada Kegiatan Inventarisasi Pohon

Postingan ini diperbarui 24 September 2021

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan hutan yang baik harus didasarkan pada perencanaan yang dihitung oleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya yang berhubungan dengan keadaan hutan itu sendiri, mulai dari kondisi permudaan, potensi hutan serta pertumbuhan. Dimana perencanaan merupakan tahapan penting dalam mewujudkan tujuan dari pengelolaan hutan lestari. Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan semakin meningkat, al ini menuntut kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak dari segi finansial saja namun diperluas menjadi pengelolaan daya hutan secara utuh (Ifhami, 2017).

Inventarisai hutan merupakan salah satu kegiatan dalam pengelolaan hutan yang baik. Inventarisasi hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya hutan, potensi kekayaan hutan serta lingkungannya secara lengkap. Pengukuran merupakan kegiatan yang paling penting dilakukan, karena pengukuran dilakukan untuk mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu (Dephut, 1995). Dalam inventarisai hutan, pengukuran tinggi dan diameter suatu pohon merupakan suatu variabel penting dalam menghitung besarnya suatu volume.

Pengukuran tinggi pohon biasanya lebih sulit sehingga dapat memakan waktu yang lama dan mahal sedangkan pengukuran diameter dapat dilakukan dengan mudah dan relatif murah. Jika tersedia data tinggi dan diameter maka dapat dirumuskan model hubungan tinggi-diameter, dimana tinggi merupakan fungsi dari diameter. Diameter batang merupakan panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang melalui titik pusat batang. Besarnya diameter bervariasi menurut ketinggian dari permukaan tanah (Ifhami, 2017).

Waktu kerja berhubungan dengan manusia atau pekerja yang mempunyai kesanggupan yang berbeda-beda pada kondisi lingkungan kerja yang berbeda, sehingga prestasi seseorang juga berbeda pada kondisi yang berlainan. Hal ini juga sama dengan pada kegiatan inventarisasi pohon dalam mengumpulkan hasil pengukuran tinggi dan diameter. Berdasarkan hal tersebut, maka dilaksanakan praktikum ergonomi kehutanan ini untuk mengetahui waktu kerja murni, waktu kerja umum, waktu kerja total, jumlah HOK, dan kecukupan jumlah sampel berdasarkan waktu murni dengan cara continous timing.


1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ergonomi kehutanan ini adalah:

  1. Memahami pengukuran waktu kerja dengan cara continous timing.
  2. Memahami dan menentukan waktu kerja murni, waktu kerja umum, dan waktu kerja total.
  3. Memahami dan menentukan jumlah nilai Hari Orang Kerja (HOK).
  4. Memahami dan menentukan kecukupan jumlah sampel berdasarkan waktu kerja murni.
  5. Menghitung volume pohon berdiri dengan nilai faktor angka bentuk 0,7.

Baca juga: Ilmu Kerja: Soal Ujian Ergonomi Kehutanan


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Kerja

Penelitian kerja merupakan suatu aktivitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik supaya mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan baku, mesin, dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik, sehingga mencapai tingkat efektivitas dan efesiensi kerja yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan dengan tenaga yang dipakai (Irawan, 2006).

Penelitian kerja terdiri dari dua elemen dasar yaitu pemikiran kearah usaha untuk pencapaian efesiensi kerja dan untuk mempertimbangkan perilaku manusia sebagai unsur pokok dalam kegiatan kerja. Dalam penelitian kerja terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam mengimplementasikan tahapan untuk mencapai efesiensi kerja diantaranya adalah menemukan fakta, mengindentifikasi permasalahan, mempertimbangkan landasan teoritis, memformulasikan alternatif pemecahan masalah, kemudian memilih salah satu alternatif yang paling sesuai. 

Selanjutnya untuk pendekatan kedua yang mempertimbangkan faktor perilaku manusia sebagai unsur pokok dalam penelitian kerja, dengan konsep tersebut akan mengarahkan usaha dalam aspek motivasi kerja dengan cara memperbaiki kualitas ruang lingkup kerja fisik ataupun non fisik (Irawan, 2006).


2.2 Pengukuran Waktu Kerja

Penelitian waktu kerja merupakan teknik pengukuran kerja untuk mencacat waktu, jangka waktu, dan perbandingan kerja mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu, serta menganalisa keterangan yang diperoleh tersebut sehingga ditemukan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan itu pada tingkat prestasi tertentu (International Labour Office, 1975). Tujuan  penelitian waktu kerja adalah untuk menentukan waktu standar pelaksanaan kerja, yaitu diperlukan oleh seorang pekerja dengan cara tertentu dan dengan kecepatan normal serta untuk menetapkan waktu yang diperlukan oleh pekerja yang paling baik untuk mengerjakan tugas (Irawan, 2006).

Pengukuran waktu kerja merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhan oleh seorang operator atau pekerja yang terlatih untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu (Sulistyadi dan Susanti, 2003). 

Untuk memperoleh waktu standar diperlukan sejumlah data melalui beberapa tahapan, yaitu penentuan waktu kerja efektif dari setiap elemen kerja dengan beberapa kali ulangan, sehingga untuk menentukan jumlah data minimal perlu dilakukan pengujian kecukupan data yang sebelumnya harus dilakukan pengujian keseragaman terlebih dahulu (Irawan, 2006).

International Labour Office (1975) menyatakan bahwa pengukuran waktu kerja dapat dilakukan dengan beberapa metode dengan menggunakan stop watch, yaitu:

  1. Metode berulang kembali (Null Stop Watch), merupakan metode dimana pada saat pengukuran waktu kerja menggunakan stop watch, dimana saat setiap unsur kerja berahir atau selesai waktunya stopwatch tersebut dikembalikan ke angaka 0, sehingga waktu untuk setiap unsur kerja langsung diperoleh. Dalam penerapan metode ini diperlukan dua stop watch yang digunakan secara bergantian.
  2. Metode berurut (Cumalative Method), merupakan suatu metode yang membiarkan jarum stop watch berjalan terus tanpa dikembalikan ke angka nol pada akhir tiap unsur. Waktu untuk masing-masing unsur diperoleh dengan mengadakan pengurangan dari unsur-unsur kerja yang berurut.
  3. Metode differensial (Differensial timing), merupakan suatu metode untuk mengukur dari satu lebih unsur kecil. Unsur diambil waktunya secara berkelompok, yaitu awalnya masing-masing unsur kecil atau pendek dimasukan dan kemudian dikeluarkan sehingga selajutnya waktu masing-masing unsur diperoleh dengan mengadakan pengurangan.

Surasana (2020) menyatakan bahwa ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam-henti, yaitu:

  1. Pengukuran waktu secara terus-menerus (continous timing).
  2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing).
  3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing).

Sanjoto (1958) menyatakan bahwa secara garis besar waktu kerja dibagi dalam:

  1. Waktu kerja murni, merupakan waktu kerja yang sesungguhnya diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pokok.
  2. Waktu umum, merupakan waktu yang diperukan untuk melakukan pekerjaan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pekerjaan pokok, akan tetapi perlu untuk kelancaran.

Surasana (2020) menyatakan bahwa ada 6 jenis waktu kerja, yaitu:

  1. Waktu Kerja Murni (WKM), merupakan waktu kerja untuk melakukan kegiatan yang sama denga waktu kerja efektif.
  2. Waktu kerja Rill, merupakan waktu kerja murni untuk masing-masing pekerja.
  3. Waktu Kerja Normal (WKN), merupakan waktu kerja murni rata-rata untuk semua pekerja.
  4. Waktu Kerja Umum (WKU), merupakan waktu kerja yang terjadi pada setiap pekerja tetapi tidak dipakai untuk melakukan pekerjaan.
  5. Waktu Kerja Total (WKT), merupakan waktu kerja murni ditambah dengan waktu kerja umum untuk masing-masing pekerja.
  6. Waktu standart, merupakan waktu kerja normal ditambah dengan persen waktu kerja umum terhadap waktu kerja normal.


2.3 Prestasi Kerja

Surasana (2020) menyatakan bahwa prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pekerja per satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam satuan hasil/orang-jam, yang menunjukkan lamanya waktu kerja dan tergantung pada kecepatan kerja serta usaha yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Dimana manusia mempunyai kesanggupan yang berbeda-beda pada kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda, sehingga prestasi kerja seseirang juga berbeda pada kondisi yang berlainan. 

Prestasi kerja tenaga kerja adalah jumlah/volume/luas hasil pekerjaan dari seorang selama sehari (HOK) untuk 7 jam kerja per hari. Prestasi kerja lebih ditekankan pada orangnya dan pada prosuktivitas kerja lebih ditekankan pada alatnya.

Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja persatuan waktu. Banyaknya hasil kerja yang diperoleh seorang pekerja tergantung pada alat kerja, kecakapan, kemampuan serta keadaan tempat bekerja (Wasono, 1965). Prestasi kerja ditentukan oleh faktor-faktor yang dapat dan yang tak dapat diubah. 

Faktor-faktor yang dapat dibuah adalah alat-alat yang digunakan, metode kerja, tempo, dan efek yang digunakan oleh pekerja, Sedangkan faktor-faktor yang tidak dapat diubah adalah iklim, cuaca, keadaan tempat, dan teknik kerja secara alamiah (Irawan, 2006).

Sanjoto (1958) menyatakan bahwa prestasi kerja dapat diitentukan dalam berbagai ukuran, yaitu satuan untuk hasil seorang sehari, satuan bidang luas yang dikerjakan seseorang, dan satuan orang jam. Dimana satuan ini menunjukkan lamanya waktu kerja. 

Ukuran prestasi kerja ini masih tergantung pada kecapatan dan usaha yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Pekerjaan yang diukur harus memiliki tingkat kesulitasn yang sama. Pekerja yang bekerja dengan kecepatan tinggi akan menghasilkan lebih banyak daripada yang bekerja lambat dalam waktu yang sama (Irawan, 2006).

Surasana (2020) menyatakan bahwa terdapat beberapa tujuan pengukuran prestasi kerja, yaitu:

  1. Menetapkan sistem upah.
  2. Prestasi kerja dan produktivitas kerja digunakan untuk menghitung Hari Orang Kerja (HOK) dan May-Day.
  3. Prestasi kerja merupakan dasar untuk perhitungan kebutuhan tenaga kerja per jenis kegiatan dan jumlah biayanya.
  4. Menetapkan promosi, dipergunakan untuk mendapat tugas lain yang lebih memberi harapan.

Baca juga: Faktor dan Penilaian Beban Kerja: Ergonomi Kehutanan


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ergonomi kehutanan ini dilaksanakan pada tanggal 17-26 Juni 2020 di tempat tinggal (kos) masing-masing.


3.2 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan adalah ATK, kamera, dan komputer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah data hasil pengukuran diameter pohon yang telah disediakan.


3.3 Prosedur Kerja

Prosedur praktikum ergonomi kerhutanan ini adalah:

  1. Membuka data yang telah disediakan dan mengetik data sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2020.
  2. Menganalisis data pada tanggal 18 Juni 2020.
  3. Menyusun laporan bab pendahuluan sampai dengan metode praktikum pada tanggal 21 Juni 2020.
  4. Menyusun laporan bab hasil dan pembahasan serta penutup pada tanggal 24 Juni 2020.
  5. Penyelesaian laporan pada tanggal 26 Juni 2020.


3.4 Analisis Data

Analisis data pada praktikum ergonomi kehutanan ini terdiri dari dua rumus yang dapat digunakan, yaitu:

1. Rumus Perhitungan Jumlah Sampel

Rumus Perhitungan Jumlah Sampel
Keterangan:

xi = waktukerja murni pengukuran pohon ke - i

N =  jumlah pohon yang telah di ukur

N! = jumlah sampel yang diperlukan 


2. Rumus Perhitungan Volume Pohon

Rumus Perhitungan Volume Pohon

Analisis data yang digunakan dalam praktikum ergonomi kehutanan dibuat dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis Data

Analisis Data


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Continous Timing

Pengukuran Continous Timing merupakan pengukuran waktu secara terus-menerus, dimana peneliti akan menekan tombol stop wacth pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk stop wacth berjalan terus menerus sampai siklus kerja selesai berlangsung. Hasil pengukuran Continous Timing pada praktikum ergonomi kehutanan ini disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Continous Timing

Hasil Pengukuran Continous Timing


Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengukuran Continous Timing terdiri dari Waktu Kerja Total (WKT), Waktu Kerja Murni (WKM), dan Waktu Kerja Umum (WKU). Hasil pengukuran untuk 21 pohon membutuhkan rata-rata WKT adalah 14 menit 47 detik, rata-rata WKM mencari pohon 22 detik, rata-rata WKM membersihkan sekitar pohon 14 detik, rata-rata WKM mengukur diameter tinggi pohon 11 detik, dan WKU adalah 14 menit.

Waktu kerja yang membutuhkan rata-rata waktu yang paling lama adalah pada kegiatan mencari pohon, sedangkan waktu kerja yang membutuhkan rata-rata waktu yang paling cepat adalah pada kegiatan mengukur diameter dan tinggi pohon. Besar kecilnya nilai waktu kerja pada kegiatan ini mungkin dipengaruhi oleh penyesuaian jumlah kebutuhan tenaga kerja pada setiap tahapan kegiatan, sehingga dapat meningkatkan jumlah pohon yang diukur dan mempersingkat waktu penyelesaian pekerjaan. Menurut Irawan (2006) menyatakan bahwa untuk dapat menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja, sebelumnya perlu ditetapkan standar prestasi kerja yang harus dicapai oleh setiap tahap untuk memperoleh kelancaran kegiatan inventarisasi produksi.


4.2 Kecukupan Jumlah Sampel

Kecukupan jumlah sampel membutuhkan data waktu kerja murni. Hasil perhitungan kecukupan jumlah sampel pada kegiatan praktikum ergonomi kehutanan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 2. Kecukupan Jumlah Sampel

Kecukupan Jumlah Sampel


Tabel diatas menjelaskan bahwa kecukupan jumlah sampel dengan α 5% adalah 2393,31 detik dan kecukupan jumlah sampel dengan α 1% adalah 59832,70 detik. Nilai kecukupan ini dipengaruhi oleh besarnya nilai WKM, dimana WKM berhubungan dengan kelonggaran diberikan untuk beberapa hal diantaranya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. 

Menurut Irawan (2006) menyatakan bahwa dalam kegiatan pengamatan waktu kerja, hal-hal tersebut tidak diamati atau diukur waktunya. Sehingga untuk dapat menentukan waktu standar perlu ditambahkan kelonggaran yang bersifat tetap dan variabel pengganti waktu yang hilang untuk keperluan pribadi atau hambatan yang tidak dapat dihindarkan.


4.3 Pengukuran Volume Pohon

Inventarisasi hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya hutan, potensi kekayaan hutan serta lingkungannya secara lengkap. Salah satu data dan informasi adalah hasil pengukuran tinggi dan diameter suatu pohon untuk menghitung suatu volume. Hasil pengukuran volume pada praktikum ergonomi kehutanan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 3. Rata-rata Volume Pohon

Rata-rata Volume Pohon


Tabel diatas menjelaskan bahwa terdiri dari 7 jenis pohon yaitu pulai, jati putih, angsana, akasia, mahoni, johar, dan trambesi. Jenis pohon pulai mempunyai jumlah 6 dengan rata-rata volume adalah 0,239 m3. Jenis pohon jati putih mempunyai jumlah 1 dengan rata-rata volume 0,258 m3. Jenis pohon angsana mempunyai jumlah 4 dengan rata-rata volume 0,478 m3. Jenis pohon akasia mempunyai jumlah 6 dengan rata-rata volume 0,394 m3. Jenis pohon mahoni mempunyai jumlah 1 dengan rata-rata volume 0,485 m3. Jenis pohon johar mempunyai jumlah 1 dengan rata-rata volume 0,274 m3. Dan jenis pohon trambesi mempunyai jumlah 2 dengan rata-rata volume 0,275 m3.


4.4 Pengukuran Nilai Hari Orang Kerja

Pengukuran nilai Hari Orang Kerja (HOK) berhubungan dengan prestasi kerja tenaga yang merupakan jumlah atau volume atau luas hasil pekerjaan dari seorang pekerja selama sehari untuk 7 jam kerja per hari. Hasil pengukuran nilai HOK disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Nilai HOK

Hasil Pengukuran Nilai HOK

Tabel diatas menjelaskan bahwa ada 5 jenis kegiatan yang dilakukan yaitu pengetikan data, menganalisis data, pembuatan laporan bab 1-3, pembuatan laporan bab 4-5, dan penyelesaian laporan. Kegiatan pengetikan data dilakasanakan 2 orang membutuhkan waktu 30 menit dengan nilai HOK adalah 0,143. Kegiatan menganalisis data dilaksanakan oleh 2 orang membutuhkan waktu 6 jam dengan nilai HOK adalah 1,714. Kegiatan pembuatan laporan Bab 1-3 dilaksanakan oleh 3 orang membutuhkan waktu 4 jam dengan nilai HOK 1,714. Kegiatan pembuatan laporan Bab 4-5 dilaksanakan oleh 3 orang membutuhkan waktu 3 jam dengan nilai HOK 1,286. Dan kegiatan penyelesaian laporan dilaksanakan oleh 2 orang membutuhkan waktu 1 jam dengan nilai HOK adalah  0,286. Perbedaan nilai HOK pada masing-masing kegiatan tersebut dipengaruhi oleh prestasi kerja dan produktivitas kerja (Surasana, 2020).

Baca juga: 17 Gerakan Dasar Gilberth: Ergonomi Kehutanan

 

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ergonomi kehutanan ini adalah:

  1. Pengukuran secara Continous Timing pada 21 pohon membutuhkan rata-rata WKT adalah 14 menit 47 detik, rata-rata WKM mencari pohon 22 detik, rata-rata WKM membersihkan sekitar pohon 14 detik, rata-rata WKM mengukur diameter tinggi pohon 11 detik, dan WKU adalah 14 menit, 
  2. Perhitungan kecukupan jumlah sampel dengan α 5% adalah 2393,31 detik dan kecukupan jumlah sampel dengan α 1% adalah 59832,70 detik.
  3. Rata-rata volume pohon yang paling besar terdapat pada jenis mahoni adalah 0,485 m3dan rata-rata volume pohon yang paling kecil adalah 0,239 m3, sehingga total rata-rata volume pohon adalah 2,404 m3.
  4. Nilai  HOK  yang paling tinggi terdapat pada kegiatan menganalisis data dan pembuatan laporan Bab 1-3 adalah 1,714,  sedangkan nilai HOK yang paling rendah terdapat pada kegiatan pengetikan data adalah 0,143.


5.2 Saran

Saran pada praktium ergonomi kehutanan kedepannya adalah perlu data menghitung dan mengukur nilai prestasi kerja dan produktivitas kerja untuk mengetahui hubungan dengan pembagian pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 1995. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 622/Kpts-II/1995. Tentang Pendoman Hutan Kemasyarakatan, Dephut. Jakarta.

Ifhami, S. 2017. Pendugaan Volume Pohon berdasarkan Tinggi Pohon Dugaan pada Tegakan Hutan Bekas Tebangan. [Skripsi]. IPB. Bogor.

International Labour Office. 1975. Penelitan Kerja dan Penelitian Metode. [Terjemahan Wetik, J. L.]. Erlangga. Jakarta.

Irawan, E. 2006. Prestasi Kerja Finishing Kursi Rotan Type Leyton di PT. Rattanland Furniture Plumbon, Kab. Cirebon, Jawa Barat. IPB. Bogor.

Sanjoto. 1958. Metodik Penyelidikan Waktu Elementer. Pengumuman Istemwa Lembaga Pusat Penelitian Kehutanan. Bogor.

Sulistyadi, K. dan Susanti L. S. 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Universitas Sahid. Jakarta.

Surasana, I. N. 2020. Materi Kuliah Ergonomi Kehutanan. [Diskusi]. UPR. Palangka Raya.

Wasono, P. 1965. Prestasi Kerja Pekerjaan dalam Bidang Kehutanan. LPEK. Laporan No. 7. Bogor.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel