Pohon Pulai | Morfologi, Ekologi, Kandungan Kimia, dan Manfaat

Pohon Pulai | Morfologi, Ekologi, Kandungan Kimia, dan Manfaat

Pohon pulai tergolong indigenous spesies dan tumbuh cepat atau fast growing spesies berpotensi untuk pengembangan hutan tanaman. Pulai mempunyai prospek untuk pengembangan hutan tanaman karena kegunaan kayunya banyak dan saat ini permintaannya cukup tinggi.

Salah satu aspek yang cukup penting dalam pengembangan hutan tanaman pulai adalah pengadaan bibt tanaman dalam jumlah cukup secara berkesinambungan baik secara generatif maupun vegetatif. Pada saat ini pengadaan bibit yang berkualitas dari materi generatif masih menghadapi kendala karena belum tersedianya sumber benih yang berkualitas (Mashudi dan Adinugraha, 2014).

Klasifikasi pohon pulai,

Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Alstonia
Spesies: Alstonia scholaris (L.) R. Br

Berikut morfologi, ekologi, kandungan kimia, dan manfaat pohon pulai.

Baca juga: Analisis Vegetasi (Laporan Praktikum Ekologi Hutan)


Morfologi

Morfologi pohon pulai
Sumber: http://kehati.jogjaprov.go.id/

Pohon pulai mempunyai penampakan berukuran besar dan tinggi, batang lurus dan bulat. Percabangannya bertingkat, bentuk tajuknya seperti pagoda. Kulit batang pulai pada bagian luar berwarna abu-abu hingga kehitaman, sedangkan pada bagian dalamnya berwarna putih atau kuning muda.

Kulit batang mengandung getah yang berwarna putih. Tebal kulit sekitar 8-11 mm dengan tekstur keras. Daun pulai berbentuk lanset memanjang, panjang daun sekitar 12-25 cm dan lebar 3-8 cm. Helai daun pada bagian atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan pada bagian bawahnya hijau muda buram tidak berbulu. 

Pohon pulai berbunga dan berbuah, buah berbentuk polong dengan panjang 30-50 cm dan berisi biji dalam jumlah yang banyak (Mashudi dan Adinugraha, 2014).


Ekologi

Ekologi pohon pulai
Sumber: https://media.neliti.com

Pohon pulai mempunyai sebaran alami hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pulai Gading ditemukan di pulai Jawa (Jawa Barat, Jawa tengah, dan Jawa Timur), Bali, Sumatera (Palembang, Jambi, Riau, Sumatera Barat, dan Lampung), Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.

Penyebaran pohon pulai secara ekologis dimulai dari daerah rawa gambut, daerah pasang surut hingga daerah kering dengan ketinggian tempat rendah sampai tinggi. Biasanya pohon pulai dapat tumbuh pada tanah liat dan tanah berpasir yang kering atau digenangi air dan pada lereng bukit berbatu, dengan ketinggian 0-1.000 m dpl dan dalam hutan hujan tropis dengan curah hujan tipe A-C.

Pohon pulai dapat tumbuh dengan normal pada tanah dengan tekstur kasar, bersolum dalam, pH di atas 5, kandungan C-organik, N-total, P-tersedia, K-tersedia, dan kejenuhan basa tinggi serta kandungan unsur Al rendah (Mashudi & Yuskianti, 2014).


Kandungan Kimia

Kandungan Kimia pohon pulai
Sumber: https://id.wikipedia.org/

Pulai mempunyai kandungan getah yang berwarna putih dan berasa pahit dan dapat ditemukan pada bagian akar, kulit batang, dan daunnya. Getahnya banyak mengandung senyawa kimia sehingga mempunai rasa yang pahit. Pada bagian pohon ini terdapat senyawa alkaloida berupa ditamine, ditaine, dan echi-koaethine. Daunnya mengandung pikrinin, flavonoid, dan polifenol

Flavonoid merupakan suatu senyawa polifenol yang secara struktur kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, iso flavon, katekin, antosianidin dan kalkon. Flavonoid bermanfaat sebagai anti viral, anti alergik, antiinflamasi, anti tumor dan antioksidan sebagai sistem pertahanan tubuh manusia (Wisnanda, 2019).

Saponin adalah suatau senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi serta beberapa hewan laut dan merupakan kelompok senyawa yang beragam dalam struktur, sifat fisikokimia dan efek biologisnya dan sudah sejak lama digunakan sebagai pengobatan tradisional (Wisnanda, 2019).


Manfaat

Manfaat pohon pulai
Sumber: https://bobo.grid.id/

Pohon pulai adalah jenis pohon yang hampir setiap bagiannya dapat dimanfaatkan, mulai dari bagian batang, daun dan akar. Pulai mempunyai tingkat kekerasan pada level V dan tingkat keawetan pada level IV-V dengan berat jenis antara 0,27-0,49 g/mg kubik sehingga, banyak dimanfaatkan dalam industri mebel.

Kulit pulai dimanfaatkan untuk pengobatan desentri dan malaria. Getah pada pulai dimanfaatkan untuk pembuatan permen karet berkualitas rendah. Selai itu getah pulai juga mengandung alkaloid yang dimanfaatkan sebagai "folk medicine" (Mashudi dan Adinugraha, 2014).

Baca juga: 9 Pohon yang Banyak Menghasilkan Getah


Sumber:

Mashudi, M., & Adinugraha, H. A. 2014. Pertumbuhan tanaman pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) dari empat populasi pada umur satu tahun di Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(1), 75-84.

Mashudi, A. H., & Yuskianti, V. 2014. Budidaya pulai (Alstonia spp.) untuk bahan barang kerajinan.

Wisnanda, B. 2019. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Pohon Pulai (Alstonia scholaris LR Br.) Sebagai Biolarvasida Nyamuk Aedes aegypti yanga dimanfaatkan sebagai Sumber Belajar Biologi (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel