Mengenal Hidrometri: Pengukuran Tinggi Muka Air

Mengenal Hidrometri: Pengukuran Tinggi Muka Air

Postingan ini diperbarui 21 Oktober 2021

Hidrometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran air atau suatu ilmu untuk mengumpulkan data dasar bagi analisis hidrologi. Di dalam analisis hidrologi khususnya mengenal hidrograf aliran, ada dua data dasar yang diperlukan yaitu: pengukuran tinggi muka air dan debit. 

Satuan debit sering dipakai m kubik per detik. Pengukuran debit sampai saat ini belum dapat dilakukan secara otomatis karena harus diukur secara langsung yaitu dengan bantuan alat pengukur kecepatan aliran sungai dan pengukur luas nampang aliran sungai. Dengan cara ini akan didapat debit sungai pada ketinggian jika air tertentu (Hartini, 2017).

Tinggi muka air dengan mudah dapat secara kontinyu dengan bantuan (AWLR (Automatic Water Level Recoeder). Hasil pencacatan alat AWLR ini disebut age hidrograf (suatu garis yang menghubungkan antara waktu, dengan tinggi muka air).

Pengukuran yang lansung dilakukan di stasiun hidrometri meliputi tinggi muka air, kecepatan aliran, luas penampang aliran, dan pengambilan sampel air. Sampel air dianalisis di laboratorium guna mengetahui kandungan atau konsentrasi sedimen melayang (suspended load).

Fluktuasi muka air dinyatakan dalam grafik hidrograf muka air (stage hydrograph). Selanjutnya dengan data luas tampang aliran dan kecepatan rerata aliran dapat dihitung debit aliran yang berupa hidrograf debit (discharge hydrigraph). Dengan diketahui konsentrasi sedimen melayang dan debit aliran air maka dapat diketahui laju angkutan sedimen malayang (Hartini, 2017).

Hasil-hasil analisis atau pengolahan data hidrometri tersebut merupakan masukan utama analisis hidrologi terkait dengan perancangan dan pengelolaan bangunan air, seperti analisis banjir, ketersediaan air, sedimentasi waduk dan lain sebagainya (Hartini, 2017).

Pengukuran tinggi muka air dimaksudkan untuk mengetahui posisi muka air (kedalaman aliran) suatu sungai di lokasi stasiun hidrometri pada waktu tertentu. Pengertian waktu di sini adalah periode pengukuran atau pencatatan muka air. Pengukuran pada jam-jam tersebut dapat digunakan papan juga berskala atau sering disebut sebagai alat pengukur manual. Sedangkan untuk pendataan kontinyu digunakan alat pengukur muka air otomatis (AWLR).

Data muka air dapat diperoleh dengan cara membaca posisi muka air pada papan duga berskala pada saat pengukuran atau dengan membaca grafik fluktuasi muka air hasil perekaman oleh alat AWLR.

Berdasarkan prinsip mekanisme pengukuran muka air terdapat AWLR, adalah (Hartini, 2017):

  1. AWLR dengan pelampung yang dihubungkan dengan sistem perekam grafik fluktuasi muka air pada kertas grafik. Pada tipe ini perlu dilakukan setup awal untuk ketelitian hasil pencatatan muka air pada kertas garfik yang berputar dengan kecepatan tertentu sesuai waktu.
  2. AWLR dengan sensir elektronik dimana data muka air direkam secara digital dengan sistem data logger. Pada tipe ini sebelum dipasang di lapangan, sensor perekam muka air harus dikalibrasi di laboratorium agar mendapat hasil yang akurat.

Keuntungan AWLR adalah dapat mengetahui perubahan muka air secara terus menerus sehingga data muka air ekstrim (maksimum dan minimum) dapat diperoleh. Sedangkan, pada penggunaan papan duga kondisi ekstrim tersebut belum dapat tercatat, kecuali jika pada saat terjadi debit besar atau banjir petugas pengamat melakukan pengamatan secara khusus untuk mengukur muka air maksimum.

Secara umum penempatan alat duga muka air seharusnya mengikuti kriteria, adalah (Hartini, 2017):

  1. Lokasi umum hidrometri pada ruas sungai dengan pola aliran yang sejajar, tidak terdapat perbedaan kecepatan aliran yang signifikan pada sepanjang tampang aliran.
  2. Pemasangan alat duga air dipilih pada lokasi dengan penampang alur sungai yang relatif tertatur dan stabil, tidak mudah terjadi pengendapan akibat sedimentasi atau pendangkalan akibat erosi.
  3. Hubungan antara muka air dan debit dengan kepekaan yang cukup, perubahan debit kecil dapat nampak dalam perubahan tinggi muka air.
  4. Tidak terdapat gangguan tanaman dan pengaruh backwater.
  5. Lokasi stasiun hidromteri sebaiknya mudah untuk didatangi setiap saat dan setiap keadaan oleh pengamat.

Baca juga: 5 Jenis Hidrograf


Sumber:

Hartini, E. 2017. Modul Hidrologi dan Hidrolika Terapan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel