Gambaran Umum Media Tanah Gambut | Komponen dan Klasifikasi

Gambaran Umum Media Tanah Gambut | Komponen dan Klasifikasi

Postingan ini diperbarui 25 November 2021

Memperhatikan fisiologi tumbuh-tumbuhan tanah didefinisikan sebagai suatu campuran bahan padat berbentuk tepung, air dan udara yang mengadung zat hara menumbuhkan tumbuh-tumbuhan (Mitscherlich, 1920 dalam Darmawijaya, 1990).

Dilanjutkan lagi bahwa tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan bagi tanaman untuk pertumbuhannya, selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman dan melalui daun disrubah menjadi persenyawaan organik. Tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu mineral, bahan organik, udara, dan air tanah.

Nutrisi yang terkandung pada tanah sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan akan terserap oleh akar tanaman bagi pertumbuhan batang, daun dan buah. Nutrisi atau unsur-unsur hara yang diserap itu terdiri dari unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Bo, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co) dalam bentuk anion (-) dan kation (+) oleh karena itu pada saat pemanenan banyak sekali unsur hara yang terangkut dari dalam tanah (Sutedjo, 1999).

Selanjutnya dikemukakan bahwa nilai pH berkisar 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar 3,0-9,0. Di Indonesia umunya tanah bereaksi masam dengan pH 4,0-5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0-6,5 sering dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak asam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sengat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut dengan tanah sulfat masam karena banyak mengandung asam sulfat.

Dikemukan lagi bahwa, tanah organik (organosol) lebih dikenal dengan nama tanah gambut. Dinamakan gambut sebab bahan organik ini terdiri dari atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi tetapi belum mengalami mineralisasi.

Profil tanah ini tersusun dari tumbuh-tumbuhan bahan organik yang umumnya belum melapuk sempurna dengan ketebalan yang sangat bervariasi, yaitu dari 15 cm -15 m yang didasari oleh tanah mineral. Tanah ini merupakan tanah organik yang kandungan bahan organik lebih dari 80%. Tekstruknya beraneka ragam, tanpa hormon dan tanpa struktur. Konsistensinya lepas dan tanah ini hampir sepanjang tahun tergenang oleh air (Sarief, 1986).

Tanah gambut umumnya mengandung unsur hara yang miskin, rekasi tanhnya asam, kandungan nitrogen, Posfor dan kalium serta alkali tanah lainnya adalah rendah. Keasaman dan kandungan hara tergantung dari bahan induk (Indranada, 1984).

Tanah gambut merupakan suatu jenis tanah yang berbentuk oleh terjadinya tumpukan bahan organik yang tidak atau lambat terdekomposisi. Lambatnya bahan tersebut terdekomposisi diakibatkan oleh sedikitnya pasokan oksigen ke dalam air, karena tanah terendam atau tergenang (Widjaja dan Adhi, 1994).

Dikatakan juga bahwa proses pengendapan gambut umunya terjadi di daerah depresi (cekungan). Masuknya air tawar atau air payau menggenangi daerah depresi, proses dekomposisi bahan organik menjadi terhambat. Kemudian secara perlahan-lahan terjadilah akumulasi bahan organik yang akhirnya membentuk endapan gambut dengan ketebalan yang bervariasi bergantung dari keadaan topografi tanah mineral di bawah gambut.

Sabihan (1996), mengemukakan bahwa tanah gambut bereaksi masam, maka ketersediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman juga relatif. Tanah dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanah gambut pendalaman dan tanah gambut pantai. Tanah gambut yang dipengaruhi oleh luapan air laut digolongkan sebagai tanah gambut pedalaman.

Tanah yang bergambut banyak digunakan sebagai media rumah kaca. Menurut Buckman dan Brady (1982), menyatakan kalau tanah gambut tercampur dengan tanah mineral dalam jumlah yang cukup, gambut tidak hanya menjamin keadaan fisik yang baik, tetapi meningkatkan kemampuan menyerap air.

Menurut Ruslan (1981) menyatakan bahwa tanah gambut merupakan sisa-sisa tumbuhan yang terdapat di rawa-rawa membentuk lumpur coklat hitam, mengalami proses anaerobik terjadi pembusukan atau dekomposisi. Tanah gambut juga merupakan campuran heterogen zat organik yang tertimbun dalam kondisi jenuh air, warnanya dari kuning sampai coklat tua, tergantung tingkat pembusukannya.


A. Komponen Tanah Gambut

Komponen butiran tanah gambut terdiri dari bahan organik dan mineral. Bahan organik adalah suatu komponen utama fase butiran  gambut. Bahan organik tersebut termasuk humus dan sisa komponen yang mengalami pembusukan tidak sempurna. Sisa tumbuhan bagian yang terbesar dari bahan organik tanah gambut, sisa tumbuhan berupa akar, batang, daun dan lain sebagainya. Sedangkan humus merupakan kimia organik stuktur komplek yang dihasilkan selama proses pembentukan tanah gambut.


B. Klasifikasi Tanah Gambut

Berikut 3 klasifikasi tanah adalah adalah:

  1. Klasifikasi tanah gambut yang didasarkan pada derajat dekomposisi atau pembusukan material organik.
  2. Klasifikasi tanah gambut yang didasarkan pada jenis tumbuhan organiknya.
  3. Klasifikasi tanah gambut yang didasarkan pada prosentase kandungan bahan organiknya.


Menurut MacFalane dan Radforth menyatakan bahwa tanah gambut dikelompokan menjadi:

  1. Fibrous peat atau tanah gambut berserat adalah bagian macroscopic tanah gambut yang mana berbentuk woody atau non woody dan mempunyai diameter kurang dari 1 mm. Tanah gambut ini dengan kandungan serat lebih besar sama dengan 20%.
  2. Amorphous granular peat atau gambut amorphous granular adalah bagian macroscopic tanah gambut yang mana berbentuk woody atau non woody dan mempunyai diameter lebih besar dari a mm. Tanah gambut dengan kandungan serat kurang dari 20% dan terdapat butiran tanah kecil berukuran koloid 2 mikrometer dan sebagain air terserap di sekeliling butiran tanah.

Baca juga: Lahan Gambut | Pengertian, Karakteristik, Pembentukan, Klasifikasi, dan Peran


Sumber:

Buckman, O. H. N. C, & Brady. 1992. Ilmu Tanah. PT. Brata karya Aksara. Jakarta.

Darmawijaya, I. M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Indranada, H. K. 1984. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Sabihan, P. 1996. Prospek Pengolahan Lahan Gambut untuk Meningkatkan Produksi Beras Nasional. Makalah: Seminar Tahunan BKSPTN Wilayah Barat no. XVII 8 APril 1996. Universitas Palangka Raya. Palangkaraya.

Sarief, E. S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sutedjo, M. M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Widjaja, A. I. P. G. 1994. Pengolahan Lahan Gambut. Seminar Nasional "Water Management" di Lahan Gambut Universitas Palangka Raya. Palangkaraya.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel