5 Analisis Vegetasi Kuantitatif

5 Analisis Vegetasi Kuantitatif

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dipisahkan

Hutan memberikan pengaruh pada alam melalui tiga faktor yang berhubungan dengan iklim, tanah, dan pengadaan air.

Analisis vegetasi merupakan suatu teknik yang mempelajari susunan dan komposisi jenis serta bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegtasi yang dipelajari dalam analisis vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat.

Berikut 5 analisis vegetasi kuantitatif adalah.

Sumber: Teknik Analisis Vegetasi


1. Frekuensi (F)

Frekuensi merupakan analisis vegetasi kuantitatif sebagai parameter yang dapat menunjukan distribusi atau jenis sebaran tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan pola tumbuhan di suatu lahan. Menurut Ferianita (2007) menyatakan bahwa apabila yang diperoleh dapat juga untuk menggambarkan kapasitas reproduksi atau kemampuan adaptasi serta menunjukkan jumlah sampling unit mengandung jenis tumbuhan tertentu.

Frekuensi dimanfaatkan untuk menyatakan bahwa proporsi antara jumlah sample yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total sampel (Soegianto, 1994). Frekuensi relatif (FR) dari suatu spesies merupakan suatu frekuensi dari suatu spesies dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies dalam komunitas dikalikan 100%.


2. Kerapatan

Kerapatan atau juga disebut dengan kepadatan. Kerapatan adalah analisis vegetasi kuantitatif dengan jumlah individu spesies tumbuhan, alam luas tertentu di suatu vegetasi. Menurut Soegianto (1994) menyatakan bahwa kerapatan Relatif (KR) adalah membagi kerapatan suatu spesies dengan jumlah kerapatan seluruh jenis dikalikan 100%.

Jumlah individu dari jenis tumbuhan dapat ditaksir atau dihitung. Apabila banyaknya individu tumbuhan per satuan luas, maka nilai tersebut disebut dengan kerapatan. Nilai kerapatan dapat menggambarkan bahwa suatu jenis dengan nilai kerapatan tinggi mempunyai pola penyesuaian yang besar.

Menurut Ferianita (2007) menyatakan bahwa kerapatan dihitung dengan menghitung jumlah individu setiap jenis dalam kuadrat yang luasnya ditentukan, kemudian penghitungannya diulang ditempat yang tersebar secara acak.


3. Luas Penutupan dan Kerimbunan

Luas penutupan atau coverage merupakan analisis vegetasi kuantitatif yang dipakai untuk menyatakan luas daerah permukaan tanah atau habitat yang dihuni oleh begian dari tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga.

Kerimbunan merupakan analisis vegetasi kuantitatif yang menggambarkan luas suatu area oleh tajuk atau kanopi tumbuhan.

Menurut Ferianita (2007) menyatakan bahwa luas penutupan dan kerimbunan suatu tumbuhan akan memberikan gambaran tentang penguasaan daerah vegetasi.

Suatu hasil dari perhitungan kerimbunan akan menentukan suatu penguasaan atau dominansi suatau spesies tumbuhan didaerah tertentu. Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah spesies, besarnya ukuran maupun pertumbuhan yang dominan.

Menurut Ferianita (2007) menyatakan bahwa parameter vegetasi dominan nilainya dapat diketahui dari nilai basal area dan penutup. Menurut Soegianto (1994) menyatakan bahwa Kerimbunan Relatif (KR) dihitung berdasarkan perbandingan antara kerimbunan suatu spesies dengan total kerimbunan seluruh spesies dikalikan 100%.


4. Dominansi

Dominasi merupakan analisis vegetasi kuantitatif yang menggambarkan suatu spesies dinyatakan dalam besaran-besaran yaitu:

  1. Banyaknya individu dan kerapatan.
  2. Persen penutupan dan luas bidang dasar.
  3. Volume.
  4. Biomassa.
  5. Indeks Nilai Penting.


Tegakan hutan dominansi harus ditetapkan menurut masing-masing lapisan, yaitu untuk pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan bawah. Penutupan biasanya dinyatakan sebagai perbandingan proyeksi tajuk terhadap permukaan tanah. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) menyatakan bahwa mengingat sulitnya menetapkan proyeksi tajuk di dalam hutan, maka lebih lazim menetapkan luas bidang setingga dada.


5. Indeks Nilai Penting

Indeksi Nilai Penting (INP) merupakan analisis vegetasi kuantitatif yang menggambarkan pertingnya peranan suatu spesies vegetasi dalam ekosistemnya. Apabila INP spesies vegetasi bernilai tinggi, maka spesies itu sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut.

Menurut Ferianita (2007) menyatakan bahwa supaya INP dapat dihitung maka digunakan kriteria yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

INP dihitung berdasarkan penjumlahan nilai FR, KR, dan DR. INP dimanfaatkan untuk menggambarkan besarnya pengaruh yang diberikan suatu spesies terhadap komunitasnya. Spesies dengan nilai INP tertinggi menunjukkan bahwa spesies tersebut yang mendominasi dan mencirikan masyarakat tumbuhan di tempat tersebut.

Baca juga: Analisis Vegetasi (Laporan Praktikum Ekologi Hutan)


Sumber:

Ferianita, F. M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode analisis populasi dan komunitas. Surabaya: Usaha Nasional.

Soerianegara, I., & Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor, 104.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel