Mengenal Parameter dan Pengukuran Curah Hujan

Mengenal Parameter dan Pengukuran Curah Hujan

Postingan ini diperbarui 15 Desember 2021

Ada beberapa parameter hujan yang perlu untuk diketahui adalah (Hartini, 2017):

  1. Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (milimeter), yang terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air.
  2. Intensitas hujan adalah curah hujan dalam suatu satuan waktu (mm/jam; mm/hari; dan sebagainya).
  3. Durasi hujan adalah waktu yang dihitung dari saat hujan mulai turun samapi berhenti (jam).
  4. Intensitas hujan rerata adalah perbandingan antara kedalaman hujan dan durasi hujan. Misalnya hujan selama 5 jam menghasilkan kedalaman 50 mm, yang berarti intensitas hujan rerata adalah 10 mm/jam.
  5. Distribusi hujan sebagai fungsi waktu menggambarkan hujan variasi kedalaman hujan selama terjadinya hujan, dinyatakan dalam bentuk diskret atau kontinyu. Bentuk diskret: hyctrograph yaitu histogram kedalaman hujan atau intensitas hujan dengan pertambahan waktu sebagai absis dan kedalaman hujan atau intensitas hujan sebagai ordinat. Bentuk kontinyu menggunakan hubungan laju hujan kumulatif sebagai fungsi waktu, surasi hujan (absis) dan kedalaman hujan (ordinat) dapat dinyatakan dalam persentasi dari kedua nilai.


Data curah hujan dapat berupa data curah hujan atau urah hujan pada periode waktu yang lebih pendek, contoh setiap menit. Alat ukur hujan dapat dibedakan menjadi 2 macam,  yaitu penakar hujan biasa (manual raingauge) dan penakar hujan otomatis (automatic raingauge). Data hujan tipe pertama dapat diukur dengan penakar hujan biasa terdiri dari bejana dan corong seluas 200 cm persegi yang dipasang setinggi 120 cm dari permukaan tanah.

Data hujan untuk periode pendek didapat dari alat penakar hujan otomatis ARR (Automatic Rainfall Recorder) yang dapat merekam setiap kejadian hujan selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan mekanisme perekaman data hujan ada tiga jenis ARR, yaitu tipe weighiting bucket, tipping bucket, dan float (Hartini, 2017).

Ombrometer merupakan alat penakar hujan yang mengukur curah hujan dengan menampung air hujan. Ombrometer mempunyai satuan milimeter.

Parameter dan pengukuran curah hujan terdiri dari alat penakar hujan biasa, alat penakar hujan jenis timbangan, alat penakar hujan jenis timba jungkit, dan alat penakar hujan jenis pelampung. Berikut penjelasannya.


1. Alat Penakar Hujan Biasa

Alat penakar hujan biasa terdiri dari corong dan botol penampung yang berada di dalam suatu slinder. Hujan yang jatuh pada corong akan tertampung di dalam tabung silinder, kemudian kedalaman hujan di dapat dari pengukuran volume air yang tertampung dan luas corongnya (Hartini, 2017). Curah hujan kurang dari 0,1 mm dicacar sebagai 0,0 mm, sedangkan jika tidak ada hujan dicacar dengan garis (-).


2. Alat Penakar Hujan Jenis Timbangan

Tiper timbangan (weihing bucket) dapat merekam jumlah kumulatif hujan secara kontinyu. Alat ini tidak dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatik (Hartini, 2017).


3. Alat Penakar Hujan Jenis Timba Jungkit

Alat penakar hujan otomatis dengan tipping bucket digunakan untuk pengukuran khusus. Air hujan yang tertampung ke dalam corong akan diteruskan ke saringan kemudian masuk ke dalam tipping bucket. Kapasitas bucket ini didesain khusus setara dengan 0,5 mm, sehingga apabila tampungan air hujan tercapai akan terjungkir (tipping) yang akan diteruskan dengan proses perekaman (Hartini, 2017).


4. Alat Penakar Hujan Jenis Pelampung

Prinsip mekanisme kerja alat penakar otomatis tiper ketiga yaitu float adalah dengan memanfaatkan gerakan naik pelampung dalam bejana akibat tertampungnya curah hujan. Pelampung ini berhubungan dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala yang menghasilkan grafik rekaman data hujan. Alat ini dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis, yaitu pada saat air hujan yang tertapung telah mencapai kapasitas receivernya akan dikeluarkan dari bejana dan pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman data hujan (Hartini, 2017).


Adapun syarat teknis penempatan dan pemasangan alat pada stasiun hidrologi, adalah (Hartini, 2017):

  1. Penakar hujan ditempatkan pada lokasi sedemikian sehingga kecepatan angin di tempat tersebut sekecil mungkin dan terhindar dari pengaruh penangkapan air hujan oleh benda lain di sekitar alat penakar hujan.
  2. Penempatan stasiun hujan hendaknya berjarak minimum empat kali tinggi rintangan terdekat.
  3. Lokasi di suatu lereng yang miring ke satu arah tertentu hendaknya dihindarkan.
  4. Penempatan corong penangkap hujan diusahakan dapat menghindari pengaruh percikan curah hujan ke dalam dan disekitar alat penakar sebaiknya ditanami rumput atau berupa, bukan lantai beton atau sejenisnya.

Baca juga: 3 Cara Menentukan Curah Hujan Rata-rata dalam Penentuan Hujan Kawasan


Sumber:

Hartini, E. 2017. Modul Hidrologi dan Hidrolika Terapan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel