3 Cara Menentukan Curah Hujan Rata-rata dalam Penentuan Hujan Kawasan

3 Cara Menentukan Curah Hujan Rata-rata dalam Penentuan Hujan Kawasan

Postingan ini diperbarui 17 Januari 2022

Perencanaan jaringan stasiun pengukuran hujan adalah sangat penting di dalam hidrologi karena jaringan tersebut akan memberikan besarnya takaran atau jumlah hujan yang jatuh di DAS. Data hujan yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis banjir, penentuan banjir rencana, analisis ketersediaan air sungai, dan sebagainya.

Untuk maksud tersebut diperlukan jaringan stasiun pencacar hujan di dalam suatu DAS. Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, stasiun pencacar hujan harus terdistribusi secara merata. Selain itu jumlah stasiun hujan yang dipasang di dalam DAS jangan terlalu banyak yang berakibat mahalnya biaya, ataupun terlalu sedikit yang menyebabkan hasil pencarian hujan tidak dapat dipercaya (Hartini, 2017).

Penentuan jumlah optimum dari stasiun hujan yang perlu dipasang dalam suatu DAS dapat dilakukan secara statistik. Dasar dari analisis tersebut adalah bahwa sejumlah tertentu dari stasiun hujan yang diperlukan untuk memberikan hujan rerata dengan presentasi kesalahan tertentu. Apabila kesalahan yang diizinkan lebih besar, maka diperlukan jumlah stasiun hujan yang lebih kecil, demikian sebaliknya.

Penentuan hujan kawasan terjadi bila suatu areal terdapat beberapa alat penakar alat pencatat curah hujan, maka untuk mendapatkan harga curah hujan daerah (area rainfall) adalah dengan mengambil harga rata-ratanya. Ada tiga cara dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata di suatu areal tertentu dari angka-angka curah hujan di berbagai titik pos pencatat, adalah (Hartini, 2017):

Berikut 3 cara menentukan curah hujan rata-rata dalam penentuan hujan kawasan adalah.

Baca juga: Mengenal Parameter dan Pengukuran Curah Hujan


1. Cara Tinggi Rata-rata (Arithmatic Mean)

Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran dengan cara arithmatic mean  adalah salah satu cara yang sederhana sekali (Hartini, 2017). Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah hujannya, dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah sama rata (uniform distribution).


2. Cara Thiessen Poligon

Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan pada masing-masing penakar yang mempunyai daerah yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung dua pos penakar (Hartini, 2017).


3. Cara Isohyet

Dalam hal ini kita harus menggambarkan dulu kontur dengan tinggi curah hujan yang sama (isohyet). Kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur dan harga rata-ratanya dihitung sebagai rata-rata berimbang dari nilai kontur tersebut (Hartini, 2017).

Data hujan yang baik diperlukan dalam melakukan analisis hidrologi, namun untuk mendapatkan data yang berkualitas biasanya tidak mudah. Data hujan hasil pencatatan yang tersedia biasanya kondisi tidak menerus. Apabila terputusnya rangkaian data hanya beberapa saat kemungkinan tidak menimbulkan masalah tetapi untuk kurun waktu yang lama tentu akan menimbulkan masalah di dalam melakukan analisis. Dalam hal ini perlu dilihat kepentingan atau sasaran dari perencanaan drainase yang bersangkutan.

Di dalam pengukuran hujan sering dialami dua masalah, adalah (Hartini, 2017):

  1. Permasalahan pertama adalah tidak tercacatnya data hujan karena rusaknya alat atau pengamt tidak mencacat data. Data yang hilang ini dapat diisi dengan nilai perkiraan. 
  2. Masalah kedua adalah karena adanya perubahan kondisi di lokasi pencatatan selama suatu periode pencatatan, seperti pemindahan atau perbaikan stasiun, perubahan prosedur pengukuran atau karena penyebab lainnya.


Kedua masalah tersebut perlu diselesaikan dengan melakukan koreksi berdasarkan data dari beberapa stasiun di sekitarnya, adalah (Hartini, 2017):

  1. Pengisian data hilang. Data hujan yang hilang dapat diisi dengan nilai perkiraan berdasar dari tiga atau lebih stasiun terdapat di sekitarnya. Dua cara untuk melakukan koreksi data adalah metode perbandingan normal dan Reciprocal Method.
  2. Pemeriksaan Konsistensi Data. Perubahan lokasi stasiun hujan atau perubahan prosedur dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah hujan yang terukur, shingga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan. Konsistensi dari pencatatan hujan diperiksa dengan metode kurva massa ganda.

Baca juga: 2 Klasifikasi Hujan (Hidrologi dan Pengelolaan DAS)


Sumber:

Hartini, E. 2017. Modul Hidrologi dan Hidrolika Terapan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel