6 Teknik Budidaya Ternak Sapi Potong

6 Teknik Budidaya Ternak Sapi Potong

Postingan ini diperbarui 03 November 2021

Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam pengembangan dan peningkatan ekonomi. Pembangunan subsektor peternakan sebagai salah satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Salah satu komoditas yang dihasilkan oleh subsektor peternakan adalah ternak sapi.

Ternak sapi merupakan usaha ternak yang banyak dilakukan masyarakat pedesaan, yang berbentuk usaha peternakan rakyat. Peternakan sapi di Indonesia sejak zaman dahulu telah berkembang sebagai suatu usaha yang masih bersifat tradisional. 

Hingga saat ini umumnya belum banyak di dapati usaha peternak yang dikelola secara maju, demi mengejar keuntungan, meskipun sejak dahulu beternak sapi dilakukan sebagai usaha sampingan yang merupakan investasi. Sektor pertanian sapi potong ini juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional khususnya ketersediaan pangan nasional dalam bentuk daging sebagai salah satu produk peternakan (Sukmayadi et al., 2016).

Usaha ternak sapi potong juga merupakan salah satu sumberdaya penghasil daging yang memiliki manfaat besar bagi pemenuhan dan peningkatan gizi masyarakat. Sapi merupakan hewan pemakan rumput yang sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. 

Usaha ternak sapi potong ini juga sangat menguntungkan karena tidak banyak memakan waktu pada saat pemeliharaan dan perawatan. Selain pemeliharaan dan perawatan yang begitu mudah, usaha ternak sapi potong ini juga dapat menghasilkan daging sapi untuk dikonsumsi dan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Penghasilan lain yang di peroleh dari usaha ternak sapi ini juga yaitu kotoran sapi yang mempunyai nilai ekonomis karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan (Jumriah, 2013).

Berikut teknik budidaya ternak sapi potong adalah:

Baca juga: 7 Jenis Sapi Potong Penghasil Daging Terbaik


1. Penyiapan Sarana dan Peralatan (Kandang)

Penyiapan Sarana dan Peralatan (Kandang) sapi potong
Sumber: https://www.duniasapi.com/

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang di miliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapat atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus dibersihkan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.

Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.


a. Kontruksi dan Letak Kandang

Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang di buat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring ke arah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.


b. Ukuran Kandang

Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.


c. Perlengkapan Kandang

Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi (Djarijah, 2016).


2. Pembibitan

Pembibitan sapi potong
Sumber: https://m.tribunnews.com/

Abidin (2016) menyatakkan bahwa sapi merupakan hasil perkawinan silang dari sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya baik. Mutu genetik baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakannya yang sesuai, sistem perkandangan yang baik serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Menurut Bandini (2014) ada beberapa ciri bibit sapi potong yang berkualitas, yaitu:

  1. Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
  2. Matanya tampak cerah dan bersih.
  3. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
  4. Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
  5. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
  6. Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
  7. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
  8. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.

Beberapa keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan dan keuntungan yang diperoleh akan tinggi.

Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:

  1. Tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
  2. Kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
  3. Laju pertumbuhannya relatif cepat.
  4. Efisiensi bahannya tinggi.


3. Pemeliharaan dan Perawatan

Pemeliharaan dan Perawatan sapi potong
Sumber: https://www.pertanianku.com/

Menurut Hoodi (2013) cara pemeliharan dan perawatan sapi potong sebagai berikut:

a. Pemeliharaan anak sapi (pedet)

Yang dimaksud dengan pedet adalah anak sapi berumur 0-8 bulan.  Pada fase ini, pedet memerlukan pemeliharan dan perawatan khusus.  Pemeliharaan bisa dilakukan secara alami ataupun secara buatan. Pada pemeliharaan alami, pedet dibiarkan selalu bersama induknya sampai pedet disapih , yaitu berumur 6-8 bulan, baik saat digembalakan atau pun di dalam kandang. Pemeliharaan semacam ini pada umumnya lebih menguntungkan karena lebih menjamin pertumbuhan dan kesehatan, serta lebih ekonomis terutama dalam penggunaan tenaga. 

Jika diharapkan anak sapi yang sehat dan baik, cepat tumbuh, dan bisa memberikan hasil akhir yang baik, maka pada bulan-bulan pertama awal hidupnya, pedet harus diberi pakan awal memenuhi syarat. Hal-hal yang perlu kita perhatikan pada waktu pemberian pakan adalah sebagai berikut.

  1. Pada umur 1-4 hari, harus diusahakan anak sapi bisa diberikan kolostrum. Kolostrum, sebagai air susu pertama umur 0-4 hari, mengandung bahan penangkis terhadap berbagai infeksi penyakit.
  2. Pada umur sebulan, sebagian besar pakan yang diberikan berupa susu atau bahan cair lain.  Hal ini karena perut masih sederhana dan belum bisa memamah biak sehingga bahan pakan jeremi yang berserat kasar tinggi belum bisa diberikan.
  3. Semua bahan pakan berupa cairan harus dijaga kebersihannya dengan seksama. Dan, anak sapi harus dihindarkan dari pakan/cairan yang berlebihan: sebagai pedoman digunakan 10% dari berat hidup.
  4. Bahan pakan berupa cairan ini diberikan selama 3-5 minggu.
  5. Sesudah anak sapi mencapai umur 5 minggu, di usahakan bisa memperoleh  pakan kering yang cukup agar pertumbuhan yang normal lekas tercapai.  Pakan kering diusahakan berasal dari bahan-bahan yang lunak dan enak seperti jagung giling halus dan rumput hijauan muda yang lunak.


b. Pemeliharaan Sapi Muda 

Yang dimaksud sapi muda adalah sapi sudah dipilih sampai menjelang dewasa (2-12 bulan), sapi muda di bawah 6 bulan perlu mendapatkan makanan halus seperti bubur (konsentrat) sebagai pengganti susu.


c. Pemeliharaan Sapi Dewasa

Tentunya sapi dewasa membutuhkan lebih banyak ransum (hijau dan konsentrat) dan air sesuai dengan kebutuhan. Adapun perawatan sapi secara umum adalah memandikan dan memotong kuku sapi tersebut.


4. Pakan

Pakan sapi potong
Sumber: https://bantuternak.com/

Menurut Yusni dan Badani (2011), pakan ternak sapi umumnya berupa hijauan dan konsentrat, merupakan komponen ransum yang terdiri dari satu jenis atau beberapa pakan. Hijauan dapat berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfafa, rumput gajah, rumput bengala dan sebainya. Adapun konsentrat dapat berupa bungil kepala, ampas tahu, bungkil kedelai dan lain-lain. Kekurangan pemberian makanan yang mengandung protein mineral, vitamin dan zat lain-lain, akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tubuh, produksi susu, produksi daging, atau reproduksi kekurangan zat-zat tersebut dapat pula menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, apabila tidak segera diatasi atau ditanggulangi secara seksama.


5. Penyakit Sapi 

Penyakit Sapi potong
Sumber: https://arenahewan.com/

Penyakit-penyakit yang sering menyerang sapi potong menurut Bambang Setiadi (2012) antara lain: 

a. Apthe Epitootika (Penyakit mulut dan kuku)

Disebabkan oleh virus atau hubungan langsung dengan sapi/domba/kambing yang terkena penyakit. Gejala penyakit ini berupa demam, nafsu makan turun, banyak keluar liur, dicelah kuku terjadi lika, akibat sapi pincang bahkan ada yang sempurna tidak bisa jalan dan timbul tepuh-tepuh pada selaput lendir, bibir dan gusi. 


b. Antrak (Radang Limpa)

Disebabkan oleh Bakteri yang disebut Bacillus anthracis. Dalam keadaan mendadak gejala ini tampak, suhu badan sangat tinggi dan setelah tiga hari suhu badannya turun, sukar bernafas, kadang-kadang mencret berdarah diiringi dengan pembengkakan di bawah kulit leher, dada dan perut.


c. Bload (Kembung Perut)

Disebabkan karena sapi terlalu banyak makan rumput muda atau daun kacang-kacangan yang basah karena embun pagi yang terlalu banyak.  Gejalaini dapat di lihat pada perut sebelah kiri atas menggembungan besar dan pada bagian tersebut bila dipukul dengan tangan akan berbunyi seperti drum, dan juga sulit bernafas dan sapi terhuyung-huyung atau sebentar berdiri dan berbaring.


d. Septichaemia Epizootica (Penyakit Ngorok) 

Disebabkan semacam bakteri yang disebut Pesteurella multocida atau biasanya melalui lalat pencernaan (makanan/air minum) serangga dan luka. Gejala ini biasanya timbul bengkak didaerah leher dan dada, ambing atau kemaluan, pada sapi jantan yang sering terdapat peradangan pada buah pelirnya.


e. Cacing Paru-paru (Husk)

Penyakit ini disebabkan oleh cacing yang bertelur diparu-paru. Gejala awalnya penderita berulang kali batuk-batuk, pernapasan lebih cepat, kondisi tubuh menurun dan kurus.  Penularannya dari pakan yang tercemar larva


f. Cacing Hati 

Penyakit ini disebabkan oleh cacing hati (fasciola hepatica). Gejala ini menderita menjadi kurus, lesu, pucat, dan berat badan berkurang, sapi bisa busuk pada bagian tubuh tertentu.  Penularannya dari pakan dan air minum yang tercemar larva.

Gangungan penyakit yang langsung mempengaruhi usaha peternakan sapi potong, perlu dicegahan dengan cara yaitu: menjaga kebersihan kandang, memberi rumput yang bersih, jangan dibiarkan kandang sapi tersebut kotor, vaksinasi dan pemberian obat-obatan atau lapor pada petugas dinas peternakan lokal.


6. Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin

Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin sapi potong
Sumber: https://shopee.co.id/

Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi untuk mencegah datangnya penyakit dan mengobati sapi potong yang sudah terserang penyakit serta sebagai pemacu pertumbuhan Sapi potong. Cara penggunaan obat-obatan yaitu melalui mulut dan suntikan.

Abidin (2016) menyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan daya tahan tubuh sapi potong terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Pada ternak sapi potong jenis vaksin yang sering digunakan yaitu vaksin strain-19 atau strain RB-51.

Vitamin adalah susunan kompleks zat organik yang dibutuhkan hewan untuk pertumbuhan normal, produksi, reproduksi dan kesehatan. Dalam program tatalaksana pemeliharan ternak sapi digunakan vitamin A, B, D dan K, vitamin ini biasanya digunakan untuk daya tahan tubuh sapi dan pertumbuhan sapi potong. Vitamin ini bisa diberikan dalam wujud suntikan atau penambahan di pakan.

Baca juga: 6 Faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi


Sumber:

Abidin. 2016. Pengembangan Ternak Sapi. Rajawali Press. Jakarta.

Bambang & Setiadi. 2012. Beternak Sapi Daging dan Masalahnya. Aneka Ilmu. Semarang.

Bandini. 2014. Petunjuk Beternak Sapi Potong.  Kanisius. Jakarta.

Djarijah, A. B. 2016. Usaha Ternak Sapi. Kansius. Yogyakarta.

Hoodi A. H. 2013. Analisis Usaha Ternak Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Jumriah, S. 2013. Ilmu dasar Ternak Potong. Alauddin University. Makassar-Gowa

Sukmayadi, K., Ismail, A., & Hidayat, A. 2016. Analisis pendapatan dan optimalisasi input ternak sapi potong rakyat binaan sarjana membangun desa wirausahawan pendamping (SMDWP) yang berkelanjutan di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 4 (2):312-318.

Yusni & Badani. 2011. Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel