Makalah Metode Inventarisasi Sumber Daya Hutan

Makalah Metode Inventarisasi Sumber Daya Hutan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan mempunyai kedudukan dan peranan sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi secara seimbang dan dinamis (Hediman, et al., 2014).

Pengelolaan hutan yang lestari memerlukan data dan informasi mengenai potensi sumberdaya hutan. Mengetahui dan memperoleh data dan informasi perlu dilakukan inventarisasi hutan. Inventarisasi hutan ini hanya dilakukan pada hutan alam, sehingga plot sampel tidak dibuat pada hutan tanaman dan areal konsesi lainnya (Hediman, et al., 2014).

Hasil pengukuran lapangan perlu dilakukan analisa untuk menghasilkan data potensi sumber daya hutan terkini dan mutakhir. Dalam perkembangannya, data potensi sumber daya hutan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan data terkait dengan kebijakan pembangunan kehutanan, perencanaan kawasan hutan dan inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor kehutanan (stok, serapan dan emisi karbon). Berdasarkan hal tersebut maka disusun makalah yang berjudul metode inventarisasi sumber daya hutan.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah adalah:

  1. Bagaimana metode inventarisasi flora?
  2. Bagaimana metode inventarisasi fauna dan jasa lingkungan?
  3. Bagaimana metode inventarisasi areal izin yang dibebani perizinan?


1.3 Tujuan Makalah

Tujuan makalah adalah:

  1. Memahami dan mengetahui metode inventarisasi flora.
  2. Memahami dan mengetahuimetode inventarisasi fauna dan jasa lingkungan.
  3. Memahami dan mengetahuimetode inventarisasi areal izin yang dibebani perizinan.

Baca juga: Laporan Praktikum Ergonomi Kehutanan: Menentukan Besaran Waktu Kerja Pada Kegiatan Inventarisasi Pohon


II. ISI

2.1 Inventarisasi Flora

2.1.1 Desain Sampling

Desain penempatan plot sampling inventarisasi hutan yang digunakan adalah stratified stystematic with random start. Areal yang akan disampling distratifikasi berdasarkan penutupan lahan adalah, hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, dan hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi (Perdirjen P.1Tahun2017).

Desain Sampling inventarisasi flora
Sumber: Perdirjen P.1Tahun2017

Inventarisasi sampling digunakan sekitar 0,056% dengan jarak antar plot sejauh 3 km x 3 km. Pengalokasian jumlah plot sampling ke dalam masing-masing stratum dilakukan secara proporsional adalah alokasi jumlah plot sampling mempertimbangkan ukuran stratum. Dimana stratum yang besar diberi alokasi jumlah plot sampling yang besar pula. Jumlah plot sampling yang dialokasikan setiap stratum ditentukan dengan rumus berikut (Perdirjen P.1Tahun2017).

ni = (Ni/N) n

Keterangan
ni = jumlah  plot sampling pada suatu stratum
Ni = luas areal suatu stratum
N = luas total areal yang akan diinventarisasi


2.1.2 Desain Plot Sampling

Plot inventarisasi hutan pada hutan lahan kering berupa klaster berbentuk persegi dengan ukuran 100 m x 100 m yang di dalamnya terdapat plot berbentuk lingkaran sebanyak 5 buah yang ditempatkan pada setiap sudut klaster dan di tengah klaster dengan masing-masing luas plot 0,1 ha dengan jari-jari 17,8 m, sehingga suatu luas klaster adalah 50 x 50 m dengan luas dan penempatan plot sama dengan hutan lahan kering.

Desain Plot Sampling
Sumber: Perdirjen P.1Tahun2017

Gambar diatas menjelaskan bahwa (a) adalah desain klaster persegi dengan ukuran 100 m x 100 m untuk hutan lahan kering, sedangkan ukuran 50 m x 50 m untuk hutan rawa dan mangrove. Dan (b) adalah desain plot samplingMasing-masing plot lingkaran ukuran 0,1 ha dibuat beberapa sub-plot pengamatan berbentuk lingkaran dengan ukuran (Perdirjen P.1Tahun2017),

  1. Sub-plot jari-jari 1 m digunakan dalam pengamatan tingkat semai adalah permudaan dengan tinggi kurang dari 1,5 m.
  2. Sub-plot jari-jari 2 m digunakan dalam pengamatan tingkat pancang adalah permudaan dengan tinggi lebih besar sama dengan 1,5 m tetapi diameter at breast height (dbh) lebih kecil dari 5.
  3. Sub-plot jari-jari 5 m digunakan dalam pengamatan tingkat tiang adalah pohon dengan dbh lebih besar dari sama dengan 5 cm sampai dengan lebiih kecil dari 20 cm kecuali untuk hutan mangrove ukuran tiang adalah dbh lebih besar sama dengan 5 cm sampai dengan lebih kecil dari 10 cm. Untuk plot ini juga diamati rotan muda atau belum siap panen adalah rotan yang mempunyai panjang batang dari leher ke daun hijau pertama lebih kecil dari 3 m.
  4. Sub-plot jari-jari 10 m digunakan dalam pengamatan hasil hutan bukan kayu seperti rotan dewasa atau siap panen yang memiliki pajang batang lebih dari sama dengan 3 m, bambu, sagu, dan lain sebagainya.
  5. Sub-plot jari-jari 17,8 m digunakan dalam pengamatan pohon yang mempunyai dbh lebih besar sama dengan 20 cm kecualii untuk hutan mangrove dbh lebih besar sama dengan 10 cm.


Penomoran plot dalam klaster merupakan searah jarum jam yang dimana plot nomor 1 berada pada sudut barat daya ttik tengah klaster dan plot nomor 5 berada di titk tengah klaster. Titik pusat plot 1 disebut dengan titik pusat klaster (Perdirjen P.1Tahun2017).


2.2 Inventarisasi Fauna dan Jasa Lingkungan

Suatu data dan informasi tentang potensi fauna dan jasa liingkungan diperoleh dengan cara (Perdirjen P.1Tahun2017),

  1. Menggali informasi dari penduduk sekitar dan studi literatur.
  2. Kegatan survei atau pengamatan secara langsung di lapangan pada saat pelaksanaan inventarisasi hutan di dalam plot klaster maupun pada saat perpindahan antar klaster.


2.3 Inventarisasi pada Areal Izin yang dibebani Perizinan

Areal KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) dan KPHP (Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi) telah dibebani perizinan, pendugaan potensi sumber daya hutan dilakukan melalui kompilasi data hasil inventarisasi hutan yang dilakukan oleh para pemegang izin seperti laporan hasil inventarisasi hutan menyeluruh berskala (IHMB), inventarisasi hutan pada areal izin pinjam pakai kawasan hutan, dan lain sebagainya. Laporan tersebut kemudian ditelaah dan dianlisis besarnya potensi kayu dan hasil hutan bukan kayu yang ada pada areal tersebut (Perdirjen P.1Tahun2017).


III. KESIMPULAN

Kesimpulan makalah adalah metode inventarisasi sumber daya hutan terdiri dari inventarisasi flora, inventarisasi fauna dan jasa lingkungan, serta inventarisasi pada areal izin yang dibebani perizinan.

Baca juga: Estimasi Emisi Karbon dan Prediksi Subsiden: Laporan PLGPS


DAFTAR PUSTAKA

Hediman, Setiawati, T., Nurhayati, Dwipaya K., Tosiani, A. Mutiara, N., & Nofian, H. 2014. Potensi Sumber Daya Hutan dari Plot Inventarisasi Hutan Nasional. Diraktorat Jendral Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

PerdirjenP.1Tahun2017. 2017. Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Diraktorat Jendral Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.


Salam Lestari
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel