8 Tumbuhan Hutan Penghasil Warna Alami Terbaik

8 Tumbuhan Hutan Penghasil Warna Alami Terbaik

Perkembangan industri di bidang sandang, pangan, kosmetik, dan farmasi serta terbatasnya jumlah zat pewarna alami menyebabkan peningkatan penggunaan zat warna sintesis. Secara perlahan penggunaan pewarna alami mulai ditinggalkan dan digantikan dengan warna sintesis.

Pewarna sintesis digunakan untuk berbagai keperluan, tidak hanya untuk pewarnaan tekstil, barang kerajinan, peralatan alatan rumah tangga, kendaraan, dan interior atau eksterior bangunan, tetapi juga bisa makanan, minuman, dan lain sebagainya.

Pewarna alami bersifat tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan. Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti merah, oranye, kuning, birus, dan coklat. 

Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami terdiri dari karatenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil. Pewarna alami mampu digunakan pada industri kecil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan dan penyamakan kulit. Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna alami mempunyai pasar yang baik.

Pewarna alami adalah alternatif pewarna yang tidak toksik, dapat diperbaui atau renewble), mudah terdegradasi dan ramah lingkungan. Zat warna alami mempunyai kelemahan yaitu warna tidak stabil, keseragaman warna kurang baik, konsentrasi pigmen rendah, spektrum warna terbatas. Sumber pewarna alami adalah tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme. 

Jenis tumbuhan hutan penghasil warna alami adalah angsana, apokat, bulian,jambal, jati, jernang, kayu kuning, kesumba, mahoni, merelang, nila, pinang, potromenggala, saninten, secang, senduduk, soga jambal, soga tangeran, soga tinggi, dan suren.

Berikut tumbuhan-tumbuhan penghasil warna alami terbaik adalah.

Baca juga: 11 Jenis Tumbuhan Penghasil Tanin Terbanyak


1. Angsana

Jenis Pterocarpus indicus

Angsana
Sumber: https://fredikurniawan.com/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Pterocarpus 
Spesies: Pterocarpus indicus


Deskripsi

  1. Tinggi mencapai 40 m dan disertai dengan lebar yang mencapai 3,5 m.
  2. Mempunyai tajuk yang bulat dan batang berbentuk silindris dengan warna kulit dibagian luar berwarna abu-abu yang kecoklatan.
  3. Memecah yang berbentuk sisik halus dan mengeluarkan getah bening yang kemerahan saat disayat.
  4. Bunga termasuk golongan yang manjemuk bertandan, berkelamin ganda dan berwarna kuning, berbau harum semerbak, terletak pada bagian ujung dari ranting atau pada ketiak daun. Bunga mempunyai ukuran 7-11 cm.
  5. Daun majemuk serta menyirip gasal dan berseling. Anak daunnya terdiri dari 5-15 anak daun dengan tangkai daun berbentuk bulat dan memanjang. Daun bertulang dengan ibu tulang daunnya pendek dan padat serta tulang daunnya sekunder menyirip dengan jumlah 10-14 pasang.
  6. Buah berbentuk cukup bulat dan polong. Buah mempunyai warna yang terlihat coklat muda. Buah berdiameter 4-6 cm.


Kulit kayu angsana dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami untuk batik sutera. Arah warna yang dihasilkan adalah coklat tua pada suasana pencelupan asam dengan mordan akhir tunjung, coklat kemerahan mordan akhir tawas dan coklat tanah pada suasana pencelupan basa dengan mordan akhir tunjung. Menurut Lestari dan Satria ( 2017) menyatakan bahwa hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dari sampel pewarnaan menunjukkan skala 4-5 (baik).


2. Apokat

Jenis Persea gratissima

Persea gratissima
Sumber: https://www.pupukkaretdansawit.com/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Ranunculales
Famili: Lauraceae
Genus: Persea 
Spesies: Persea gratissima Mill.


Deskripsi

  1. Tinggi mencapai kurang lebih 10 m.
  2. Batang berkayu, bulat bercabang, coklat kotor.
  3. Daun tunggal, bulat telur, bertangkai, letak tersebar, ujung dan pangkal runcing, berbulu, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm.
  4. Bunga majemuk, bentuk malai, berkelamin dua, tumbuh di ujung ranting, benang sari dua belas, ruang kepala sari empat, putih kotor, mahkota berambut, diameter 1-1,5 cm, putih kekuningan.
  5. Buah berbuni, bulat telur, panjang 5-20 cm, berbintik-bintik atau gundul, daging buah jika sudah masak lunak, hijau atau kuning keunguan.
  6. Biji bulat, diameter 2,5,5 cm, keping biji putih kemerahan.
  7. Akar tungang, bulat, dan coklat.


Buah dan daun apokat mengandung saponin, alkaloida, dan flavonoida, di samping itu buahnya juga mengandung tanin dan daunnya juga mengandung polifenol. Menurut Fausziah dan Saleh (2016) menyatakan bahwa hasil uji stabilitas zat warna dari kulit buah alpukat yang diektrak dengan etanol mempunyai karakteristik yang diperngaruhi oleh suhu, pH, dan lama penyimpanan yang dapat dilihat dari nilai absorbansi pada panjang gelombang 200-400 nm yang merupakan panjang gelombang metabolit sekunder menyerap energi ultraviolet. Dimana setiap variasi yang digunakan tidak berbeda nyata, hal ini menunjukan kestabilan zat warna tekstil dari kulit buah alpukat.


3. Bulian

Jenis Eusideroxylon zwageri

Eusideroxylon zwageri
Sumber: https://en.wikipedia.org/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Laurales
Famili: Lauraceae
Genus: Eusideroxylon 
Spesies: Eusideroxylon zwageri


Deskripsi

  1. Diameter batang mencapai 150 cm, tinggi 30-50 meter.
  2. Banir mencapai 4 m.
  3. Kulit luar berwarna coklat kemerahan dengan tebal 2-9 cm dengan tekstur yang licin.
  4. Tajuk berbentuk bulat dan rapat serta mempunyai percabangan yang mendatar.
  5. Daun tersusun spiral, tunggal dengan pinggir rata berbentuk elips hingga bulat dengan ujung daun meruncing.
  6. Permukaan daun bagian atas kasar tanpa bulu, sedangkan bagian bawahnya berambut halus pada ibu tulang daunnya.
  7. Bunga cepat luruh berwarna kehijauan, kuning atau lembayung. Bunga simetris kesegala arah dengan panjang 3-3 mm. Buah merupakan buah batu berbentuk elips hingga bulat dan berbiji satu.


Menurut Nintasari dan Amaliyah (2016) menyatakan bahwa proses pewarnaan menggunakan pewarna alami dipengaruhi oleh proses ekstraksi, pencelupan serta proses fiksasi. Aplikasi pewarnaan alami kayu secang, kayu Eusideroxylon zwageri, dan kayu mengkudu lebih sukai pada kain satin karena ukuran pori kain yang lebih besar dan ukuran seratnya yang lebih kecil sehingga persentase penyerapan warna lebih besar.

Baca juga: 9 Kelompok Tumbuhan Sumber Karbohidrat (Pati) Terbanyak


4. Jambal

Jenis Peltophorum pterocarpum

Peltophorum pterocarpum
Sumber: https://en.wikipedia.org/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Peltophorum 
Spesies: Peltophorum pterocarpum


Deskripsi

  1. Tinggi mencapai 50 m dan diameter mencapai 70 cm.
  2. Tajuk berbentuk membulat.
  3. Batang silindris, monopodial dengan tinggi bebas cabang yang cukup tinggi.
  4. Pepangan bertekstur pecah-pecah bersisik berwarna kelabu kehitaman.
  5. Kulit batang bagian dalam berwarna merah jambu.
  6. Daun majemuk menyirip berganda.
  7. Ujung daun melekuk atau meruncing kecil.
  8. Bunga berbentuk malai terminal
  9. Buah berbentuk polong jika tua berwarna cokelat merah keunguan.


Informasi jenis Peltophorum pterocarpum untuk menghasilkan warna alami belum lengkap, akan tetapi menurut Sobandi (2011) menyatakan bahwa jenis ini kulit batang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna kuning.


5. Jati

Jenis Tectona grandis

Tectona grandis
Sumber: https://id.wikipedia.org/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Tectona 
Spesies: Tectona grandis Linn. f


Deskripsi

  1. Akar tunggang mempunyai cabang akar serabut. Pertumbuhan akar tunggang secara vertikal, berukuran besar sebagai penopang supaya tidak mudah roboh, serta cabang akar serabut berfungsi mencari unsur hara dan sumber air.
  2. Batang berbentuk silinder dan tumbuh secara vertikal. Permukaan batang halus, beberapa mempunyai corak alami, keras, dan tebal.
  3. Daun berbentuk bulat dengan ujung meruncing, struktur pertulangan daunnya menyirip. Pada bagian permukaan atas daun jati halus, untuk bagian belakang daun jati terasa kasap, bergerigi. 
  4. Bunga berbentuk malai bunga atau inflorence yang tumbuh di ujung atau tepi cabang daun. Ukuran panjang malai sekitar 60-90 cm dan lebar 10-30 cm.
  5. Buah keras, terbungkus dengan kulit berdaging dan lunak, ukuran buah sekitar 5-20 mm. Penampakan buah jati mempunyai 3 lapisan, berkulit tipis yang berbentuk dari kelopak bunga, lapisan tengah tebal dan lapisan terakhir keras dan terbagi menjadi 4 ruang biji.


Zulfa et al., (2014) menyatakan bahwa kombinasi faktor konsentrasi asam sitrat dan lama ekstraksi yang tepat untuk mengekstrak daun jati muda sebagai pewarna alami dengan kadar karotenoid tertinggi adalah dengan menggunakan konsentrasi asam sitrat sebesar 3% (b/v) dan lama ekstraksi selama 3 jam.


6. Jernang

Jenis Daemonorops draco

Daemonorops draco
Sumber: https://id.wikipedia.org/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Daemonorops 
Spesies: Daemonorops draco (Willd) Blume


Deskripsi

  1. Tinggi mencapai 4-6 m tumbuh tegak ke atas dan mempunyai perawakan (habitus) liana tumbuh memanjat dan berkerumun.
  2. Diameter batang 6-8 cm dan terdapat 6-10 batang per rumpun.
  3. Panjang tandan 3-4 m.
  4. Warna batang kuning dan mempunyai ruas (internode) 15-45 cm per batang.
  5. Panjang daun 30-45 cm dan terdapat 60-70 jumlah daun per batang.
  6. Buah berdiameter 4-6 cm, mempunyai warna kulit buah coklat gelap mengkilat dengan sisik buah yang cembung dan jumlah buah 20-40 per tandan.
  7. Duri tersebar pada batang dan tangkai daun. Panjang duri terpendek 1-2 cm dan panjang duri terpanjang 2-4 cm serta mempunyai warna duri kuning kecoklatan.


Daun rotan menghasilkan jernang dengan warna hijau (Putri et al., 2020).


7. Kesumba

Jenis Bixa orellana

Bixa orellana
Sumber: https://id.wikipedia.org/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Violales
Famili: Bixaceae
Genus: Bixa
Spesies: Bixa orellana L.


Deskripsi

  1. Tinggi mencapai 2-8 m.
  2. Tumbuhan perdu dengan daunnya tunggal, bertangkai panjang, dan besar.
  3. Helaian daunnya berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, dengan pangkal yang rata dan kadang berbentuk jantung.
  4. Tepi daun rata dengan pertulangan daun menyirip berwarna hijau berbintik merah.
  5. Perbungaan majemuk dengan warna merah muda atau putih.
  6. Buahnya seperti rambutan, tertutup rambut seperti sikat, berwarna hijau sewaktu masih muda, dan merah tua apabila sudah masak.


Zat warna merah/kuning yang dihasilkan dari kulit biji kesumba digunakan untuk mewarnai mentega, keju, bahan anyaman, mengecat kuku, lipstik, membuat gincu, dan pewarnaan batik (Jannah, 2012). Kulit kayu digunakan untuk tali.


8. Mahoni

Jenis Swietenia mahagoni

Swietenia mahagoni
Sumber: http://www.tanobat.com/

Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Swietenia 
Spesies: Swietenia mahagoni (L) Jacq.


Deskripsi

  1. Tinggi mencapai 5-25 m, berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak dan kayunya bergetah.
  2. Daun majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang daunnya menyirip dengan warna merah, setelah tua berwarna hijau.
  3. Bunga majemuk yang tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun.
  4. Kelopak bunga lepas satu sama lain, berbentuk seperti sendok dan berwarna hijau.
  5. Mahkota bunga berbentuk silindris dan berwarna kuning kecoklatan.
  6. Buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, dan berwarna cokelat, serta terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman.


Kayu mahoni digunakan untuk mebel, konstruksi bangunan, ukiran, dan barang bernilai ekonomis lainnya. Kayunya juga dapat digunakan untuk pewarna kain. Pada kulit kayu terkandung senyawa antrakruinon. Biji buah digunakan sebagai obat (Febriana, 2016).

Baca juga: 3 Tumbuhan Penghasil Parfum Terbanyak


Sumber:

Fauziah, N. A., & Saleh, C. 2016. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna dari Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill) dengan Metode Spektroskopi UV-VIS. Jurnal Atomik, 1(1).

Febriana, I. D. 2016. Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kayu Mahoni (Swietenia Mahagoni) Dan Kayu Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Menggunakan Metode Ultrasound Assisted Extraction (Uae) Dan Air–Ultrasound Assisted Reflux Extraction (Aure) (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya).

Jannah, M. 2012. Pengembangan Zat Warna Alami Dari Biji Kesumba (Bixa Orellana Linn) Untuk Pewarnaan Batik.

Lestari, D. W., & Satria, Y. 2017. Pemanfaatan kulit kayu angsana (Pterocarpus indicus) sebagai sumber zat warna alam pada pewarnaan kain batik sutera. Dinamika Kerajinan dan Batik, 34(1), 35-42.

Nintasari, R., & Amaliyah, D. M. 2016. Ektraksi zat warna alam dari kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), kayu secang (Caesalpinia sp) dan kayu mengkudu (Morinda citrifolia) untuk bahan warna kain sasirangan. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 8(1), 25-32.

Putri, S. N., Rasnovi, S., & Andini, R. 2020. Studi Variasi Morfologi Jenis Rotan Penghasil Jernang (Daemonorops spp.) Di Kecamatan Kuta Panang Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 5(4).

Sobandi, B. 2011. Teknik Pengolahan Zat Warna Alam (ZPA) Untuk Pewarnaan Batik. Direktori File Universitas Pendidikan Indonesia.

Zulfa, L., & Kumalaningsih, S. 2014. Ekstraksi pewarna alami dari daun jati (Tectona grandis)(kajian konsentrasi asam sitrat dan lama ekstraksi) dan analisa tekno-ekonomi skala laboratorium. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 3(1), 62-72.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel