Antimikroba | Sifat, Pembagian, Prinsip Kerja, Mekanisme Kerja, Uji Efektivitas, dan Kekuatan Aktivitas

Antimikroba | Sifat, Pembagian, Prinsip Kerja, Mekanisme Kerja, Uji Efektivitas, dan Kekuatan Aktivitas

Antimikroba merupakan suatu bahan yang dimanfaatkan dalam memberantas infeksi mikroba pada manusia. Antimikroba juga termasuk golongan yang berhubungan dengan bidang farmasi antara lain antibiotika, antiseptika, desinfektanisa, preservatif, dan lain sebagainya.

Antimikroba juga merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang menyerang manusia.

Berikut sifat, pembagian, prinsip kerja, mekanisme kerja, uji efektivitas, dan kekuatan aktivitas antimikroba.

Baca juga: Manfaat Oleoresin pada Industri Daging (Makalah Minyak Atsiri)


1. Sifat Antimikroba

Antimikroba mempunyai dua sifat yaitu bakteriostatik dan bakteriosida. Bakteriostatik adalah suatu zat yang dapat menghambat dan menghentikan pertumbuhan mikroba atau bakteri. Sedangkan bakteriosida adalah suatu zat  yang membunuh mikroorganisme dan bakteri dengan jumlah akan berkurang atau bahkan habis, tidak dapat lagi melakukan berkembangbiak (Djide et al., 2008).


2. Pembagian Antimikroba

Antimikroba mempunyai spektrum atau kisaran kerja dibagi menjadi dua yaitu spektrum sempit dan luas. Spektrum sempit adalah  suatu antimikroba  yang hanya mampu menghambat satu golongan bakteri saja, misalnya hanya mampu membunuh atau menghambat bakteri dari gram negatif atau positif saja. Sedangkan spektrum luas adalah antimikroba yang dapat menghambat  dan membunuh bakteri baik dalam gram negatif maupun gram positif (Pratiwi dan Sylvia, 2008).


3. Prinsip Kerja Antimikroba

Antimikroba dapat memperlihatkan toksisitas yang seletif, dimana obatnya lebih toksis terhadap mikroorganisme dibandingkan pada sel hospes. Hal ini dapat terjadi kerena pengaruh obat yang selektif terhadap mikrooganisme atau karena obat pada reaksi-reaksi biokimia penting dalam sel parasif lebih unggul daripada pengaruhnya terhadap sel hospes.


4. Mekanisme Antimikroba

Antimikroba memilki mekanisme kerja yaitu:

Penginaktifan Enzim Tertentu

Penginakifan enzim tertentu merupakan suatu mekanisme kerja antimikroba dari senyawa antiseptika dan desinfektanisa, seperti turunan aldehida, amida, kalbamilida, etilenoksida, halogen, dan lain sebagainya.


Denaturasi Protein

Denaturasi protein merupakan suatu mekanisme kerja antimikroba dari senyawa anseptika dan desinfektansia dengan turunan alkohol, halogen, dan halogenator, senyawa merkuri, peroksida, turunan fenol dan senyawa ammonium kuartener.


Mengubah Permeabilitas Membran Sitoplasma Bakteri

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja dari turunan amin dan guanidi, turunan fenol dan senyawa ammonium kuartener. Dengan mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri, senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan bocornya konstituen sel yang essensial, sehingga bakteri mengalami kematian.


Intekalasi ke dalam DNA

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja dari turunan trufenilmetan dan turunan akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintetis DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein.


Pembentukan Khelat

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja dari turunan feno, seperti heksoklorofen dan oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, sehingga mikroorgansime mengalami kematian.


Bersifat sebagai Antimetabolit

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja yang memblok tahap metabolik spesifik mikroba, seperti sulfonamide, dan trimetopin. Sulfonamide menghambat pertumbuhan sel dengan menghambat sintesis asam folat oleh bakteri. Sulfonamida secara struktur mirip dengan asam folat, para amnino benzoic acid, dan bekerja secara kompetitif untuk enzim-enzim yang langsung mempersatukan amnino benzoic acid dan sebagian pteridin menjadi asam dihidropteroat.


Penghambatan terhadap Sintesa Dinding Sel

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja yang dapat menghambat sintesis dan aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikrooganisme. Yang termasuk kelompok ini adalah penisilin, sefalosforin, vankomisin, sikloserin, dan basitrasin.


Penghambatan Fungsi Permeabilitas Membran Sel

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja yang secara langsung pada membran sel yang mempengaruhi permeabilitas dan menyababkan keluarnya senyawa intraseluler mikroorganisme.


Penghambatan Sintesis Protein

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja yang fungi ribosom pada mikroorganisme yang menyebabkan sintesa protein terhambat.


Penghambatan Asam Nukleat

Mekanisme kerja antimikroba ini adalah suatu model kerja yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat. Misalnya rifampisin mengikat dan menghambat DNA-dependent RNA polymerase yang ada pada bakteri.


5. Uji Efektivitas Antimikroba

Pengukuran aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode sebagai berikut (Jawetz et al., 1995).

Metode Dilusi

Metode dilusi atau metode pengenceran merupakan zat antibakteri dengan konsentrasi yang berbeda-beda dimasukkan pada media cair yang langsung diinokulasi dengan bakteri dan diinkubasi. Metode dilusi bertujuan untuk menentukan konsentrasi terkecil suatu zat antibakteri dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri uji. Metode dilusi jarang digunakan karena membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya.


Metode Difusi

Metode difusi merupakan metode yang sering dipakai dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang yang prinsipnya mengukur zona hambatan perumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Luas daerah berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakteri maka semakin luas daerah hambatnya.


6. Kekuatan Aktivitas Antimikroba

Menurut Conner dan Beuchat (1984) menyatakn bahwa kekuatan aktivitas antimikroba yang tinggi mempunyai Daerah Hambatan (DDH) > 1,1 cm, aktivitas lemah mempunyai DDH 0,6 - 1,1 cm, dan ekstrak dengan DDH < 0,6 cm berarti tidak menghambat pertumbuhan mikroba.

Baca juga: Jahe Merah | Morfologi, Kandungan Kimia, dan Efek Farmakologis


Sumber:

Conner DE, dan Beuchar LR. 1984. Effect of Essential Oil from Plants on Growth of Spoilage Yeasts. J Food Sci 49:429-434.

Dijde, M. Natsir, dan Sartini. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi Farmasi. UNHAS. Makassar.

Jawertz, E. Melnick. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Pratiwi dan Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta.


Salam Lestari,
Lamboris Pane

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel